KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN

BAB II
PEMBAHASAN

           Pengertian Kepemimpinan
            Dalam bisnis sekarang, pemimpin menjadi sinonim dengan top management. Hal tersebut memberikan implikasi bahwa pertama: mereka yang tidak dalam posisi manajemen puncak bukanlah pemimpin. Mereka mungkin mempunyai aspirasi menjadi pemimpin,tetapi tidak sampai ke sana sampai mereka mencapai posisi senior manajemen. Kedua: hal tersebut menyebabkan tidak ada definisi yang jelas tentang kepemimpinan.
   Apabila kepemimpinan sekadar posisi dalam hierarki, tidak ada definisi bebas kepemimpinan. Orang yang menjadi aksekutif atau tidak, tidak dibicarakan tentang kepemimpinan (Peter Senge,1999:15).  Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Definisi Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002). Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
 Jebakan dalam Kepemimpinan
Para pemimpin perusahaan besar sadar bahwa setiap karyawan dan pimpinan harus keluar dari kotak nyaman. Tantangan bisnis yang menuntut efektivitas dan efisiensi total, mengharuskan setiap orang di dalam perusahaan untuk bekerja lebih produktif dengan cara -cara kreatif yang luar biasa. Ada suatu pepatah dari luar sana, yaitu “if everything seems so easy, then you are stepping downhill“. Pesan yang ingin disampaikan adalah “hati-hatilah dengan kenyamanan, kesenangan, dan kemudahan, jangan-jangan itu adalah jebakan dalam kehidupan”. Agak ironis memang, bukankah kita bekerja keras dalam kehidupan untuk mencari kenyamanan, kesenangan, dan kemudahan? Bisa jadi! tetapi mungkin maksudnya adalah kita harus selalu mawas diri dalam kehidupan walau dalam kondisi yang nyaman, senang, dan mudah sekalipun. Ada istilah yang sangat populer dalam kehidupan, yaitu zona nyaman atau comfort zone. Zona ini adalah suatu kondisi di mana seseorang sudah masuk ke dalam situasi di mana segala sesuatunya terasa nyaman, senang, dan mudah. Studi menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang tidak mawas diri akan terjebak dalam zona nyaman ini. Zona nyaman ini adalah jebakan. Suatu jebakan di mana akhirnya kita berhenti untuk berpikir, berhenti untuk berusaha, dan berhenti untuk mengembangan diri Akibatnya secara perlahan kita mengalami penurunan kompetensi,dan penurunan daya juang, penurunan berpikir.
Mengeluarkan organisasi dari zona nyaman membutuhkan figur pemimpin yang kuat dan visioner. Dibutuhkan pemimpin yang cerdas membangun visi bersama, dan cerdas menginternalisasikan nilai-nilai visi tersebut dengan pengaruh yang kuat, untuk dapat dipatuhi setiap orang dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Kreativitas organisasi dengan pengaruh dan arahan dari pemimpin yang visioner, akan menjadikan organisasi dan setiap individunya bergerak cerdas, bersama keunggulan untuk menang dalam kompetisi bisnis. Pemimpin perubahan meyakinkan pengikutnya untuk keluar dari zona nyaman mereka dengan cara:
·         Komunikasikan kepada semua individu yang ada didalam organisasi, mulai dari level atas sampai ke level bawah dengan komunikasi dua arah, face to face dan sosialisasi, pemimpin meyakinkan bahwa organisasi harus berubah
·         Dengan cara Persuasi yaitu cara meyakinkan orang dengan memberikan argumentasi-argumentasi yang jelas dan masuk akal tentang perlunya restrukturisasi
Berbicara mengenai jebakan dalam kepemimpinan, terdapat juga jebakan dalam pembuatan keputusan. Jebakan-jebakan tersebut mempengaruhi pemimpin dalam membuat suatu keputusan. Jebakan yang dimaksud yaitu :
A.    Jebakan yang menjerat para pembuat keputusan
Kebiasaan pikiran yang produktif harus mampu mendorong kekuatan dari penguasaan ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai keterampilan dari pengalaman dan keinginan sebagai niat yang mampu mendorong untuk mengelola semua faktor jebakan-jebakan yang kita utarakan diatas ( sebagai faktor internal dan eksternal). Sejalan dengan pemikiran diatas maka untuk menghindari kesalahpahaman diantara pembuat keputusan berdasarkan budaya perusahaan yang kuat akan menjadi pendorong untuk melakukan sumbang saran dalam proses membuat keputusan.
Pembuat keputusan akan keluar dari jebakan-jebakan yang mendorong akan ketidak keberhasilan menjadi satu kekuatan sebagai kebiasaan berpikir positip dalam menuntun sikap dan perilaku dari sifat yang reaktif menjadi proaktif dalam rangka menghindari kesalahan besar dan jebakan yang mengarah pada kegagalan total melalui kesiapan untuk melakukan perubahan yang sejalan dengan pentingnya pemikiran atas pola pikir baru dalam membuat keputusan.
B.     Jebakan dalam tekanan sosial politik
Kepentingan dan komitmen haruslah terungkap dan diperlakukan sebagai keputusan yang sedang dilaksanakan, agar mampu keluar dari jebakan menjadi satu kekuatan pola pikir untuk mendorong prospek keberhasilan akan tercipta ketika stakeholders setuju pada kebutuhan untuk bertindak dan melihat kepentingannya secara realistis. Sejalan dengan pikiran diatas, diperlukan partisipasi semua pihak agar prospek keberhasilan menjadi satu kenyataan yang didorong daya kemauan semua pihak bukan satu paksaan dari organisasi.
Jadi kekuatan kebiasaan berpikir produktif melalui kekuatan partisipasi dan intervensi membutuhkan keterlibatan yang lebih dari pembuat keputusan, agar tingkat keberhasilan lebih realistis untuk dicapai. Jadi sikap dan perilaku dari pemain peran harus mampu mengelola kekuasan yang bertanggung jawab agar wujud kepercayaan dari stakeholders menjadi satu kenyataan, sehingga memberikan daya kemauan yang kuat untuk menjadi penuntun bagi pemain peran yang tidak ingin melakukan perubahan.
C.     Jebakan dalam penyalahgunaan evaluasi
Dengan melaksanakan kekuatan evaluasi yang benar dan terarah akan mampu mendorong kekuatan daya kemauan dalam keinginan dengan niat yang sesungguhnya, maka dalam rangka mengidentifikasi rangkaian tindakan yang membawa keputusan yang berhasil dengan kejelasan hasil yang diinginkan. Sejalan dengan pikiran diatas, maka jebakan dalam menyalahgunakan evaluasi harus dihindarkan yang bersifat subjektif sehingga kebiasaan dengan intuitif harus tidak dilakukan karena sifat tindakannya dalam kerangka berpikir tidak sistimatis akan berdampak kecurigaan motif seseorang berarti kecenderungan mengurangi kesempatan untuk berhasil dan sekaligus akan memberikan gambaran resiko dari ketidakkepastian tentang kondisi masa depan.
Dengan demikian evaluasi berlandaskan analisis sistimatis membutuhkan data dan informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang mampu memberikan tingkat resiko yang dihadapi dengan pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan serta tingkat resik minimal atau yang paling potensial memberikan hasil dapat diindentifik
D.    Jebakan etika
Wujud etika akan sejalan dengan budaya perusahaan yang kuat sehingga nilai kejujuran dan keadilan menjadi tuntunan, sebaliknya etika yang salah akan melahirkan oposisi yang dipersiapkan sehingga berdampak menghabiskan energi dan keterlambatan. Oleh karena itu, tanpa mengedepankan etika oleh motif maunya sendiri dan merasa benar sendiri mendorong pemain peran itu sendiri berbuah sikap mau menang sendiri menjadi kebiasaan menipu diri sendiri, maka disitulah letak jebakan yang tidak dapat dihindari.
Dengan begitu jebakan etika tercipta yang didorong ketidakinginan untuk mengakui bahwa etika telah ditunda oleh tindakan di mana ada benih ketidaksepadanan dari siapa membayar, mendapat manfaat dan memutuskan. Sejalan dengan pikiran diatas, maka jebakan etika dapat dihindari dengan membuat rasionalitas etika berdiri sejajar dengan rasionalitas logika, ekonomi dan politis dalam pembuatan keputusan.
E.     Jebakan ketidakmampuan dalam inovasi
Keterbatasan wawasan dan imajinasi dari pemain peran membatasi kereatifitas individu dan atau kelompok yang mndorong ketidakmampuan dalam inovasi oleh organisasi, untuk mengubah itu berikan cukup waktu dan uang untuk memungkinkan pencarian secari hati-hati. Oleh karena itu, dalam pencaharian kelihatan gagasan itu bagus, diperlukan juga kemampuan mengungkapkan alternatif-alternatif tetapi tidak secara prematur untuk menghentikan pencaharian.
Bertolak dari pemikiran diatas, maka untuk menghindari jebakan dalam inovasi karena ketidakmampuan dari pemain peran diperlukan pemikiran untuk mengembangkan lebih dari satu pilihan, sehingga lebih mudah untuk mempertahankan serangkaian tindakan yang lebih disukai. Dengan demikian gunakan inovasi untuk mengungkapkan paling sedikit salah satu gagasan yang akan diberikan pertimbangan serius, sehingga kelompok proses dan persfektif terlibat lebih wajar untuk mengungkap gagasan inovatif
F.      Jebakan dalam petunjuk yang menyesatkan
Hindarilah mengungkapkan sesuatu gagasan yang ditafsirkan sebagai petunjuk, yang dapat mendorong orang tertarik atas gagasan tersebut sehingga menimbulan pandangan yang dapat menerima dan atau menolak. Jadi dalam pikiran haruslah gagasan tidak perlu diungkapkan agar rumusan petunjuk yang akan dirumuskan menjadi hasil yang diinginkan. Dengan pikiran diatas, jangan melakukan analisis persoalan tapi lebih memberikan fokus langsung menuju ke sasaran, sehingga mendorong membuat keputusan menjadi lebih efektif yang mampu membatasi kebiasaan pikiran yang stereotif dan atau bertindak tradisional.
Gunakan sasaran yang membuat cakupan lebih sempit dan lebih luas dibanding sasaran utama untuk mengembangkan jajak pilihan, dengan begitu membuka celah untuk menjelaskan sederet tindakan yang dibutuhkan agar efektif sehingga tidak dibayangkan ada hal-hal yang tersembunyi. Jadi buatlah panduan atas seluruh upaya dengan sasaran yang paling luas di mana orang akan menerima.
G.    Jebakan yang gagal mengarahkan upaya dengan tuntutan yang disepakati
Dengan kebiasaan pikiran yang produktif, maka jebakan yang gagal mengarahkan upaya dengan tuntutan yang disepakati dapat dihindari melalui kemampuan pembuat keputusan dalam menemukan dari para pemegang kepentingan dengan butir sudut pandang yang beda-beda dan mintalah dari masing-masig pihak kedalam satu daftar tuntutan, kekhawatiran dan pertimbangan yang mendorong mereka sebelum memilih bentuk tindakan. Oleh karena itu selesaikan kontradiksi bila terjadi atas tuntutan yang ditawarkan dengan meneliti kekhawatiran dan pertimbangan yang penting, dengan begitu diharapkan mampu lebih mendalam membuat diagnosis atas tuntutan yang menyebabkan terjadi konflik.
H.    Jebakan dalam pembelajaran
Sesuatu ganjar buruk mendorong orang untuk mengambil langkah bertahan, sehingga pembelaan diri memberikan keterangan yang tidak benar mengenai hasil dan acara. Bila ada keterangan yang disembunyikan berarti ada hal-hal yang tidak terbahaskan Oleh karena itu, untk mnghapus ganjar buruk diperlukan penyeledikan kebelakang yang kita sebut dengan pengumpulan data. Dengan orang diberi suatu data dimungkinkan untuk menyangkal dan mengubah data itu dan menawarkan data mereka sendiri untuk menmukan bahwa data yang disepakati semua orang adalah reevan sehingga menjadikan kesimpulan gabungan menggantikan kepentingan individu menjadi dengan kepentingan bersama.
Sejalan dengan pemikiran diatas, haruslah mampu untuk menghindari jebakan dalam pembelajaran karen bisa saja terjadi seprti peristiwa yang tidak terduga memungkinkan keputusan yang bagus mengarah ke hasil yang buruk dan atau sebaliknya. Atau dengan kata lain dapat juga dikatakan keuntungan yang di sangka-sangka dapat pula salah dibaca untuk menyimpulkan bahwa praktik yang baik digunakan, sehingga nasib buruk dapat digunakan, sehingga nasib buruk dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa praktik yang buruk dilakukan. Jadi dapat mengarah ke salah penilaian nilai dari praktik pembuatan keputusan.

 Peran Kepemimpinan dalam Perubahan
            Peran seorang pemimpin sangatlah luas dan berat. Pemimpin harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi, mengembangkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memerhatikan kepentingan orang lain. Untuk itu sebaiknya mampu melakukan hal-hal seperti berikut:
1.      Menciptakan Hubungan Kerja Efektif
Hubungan kerja yang efektif akan membangkitkan iklim pemberdayaan. Untuk itu, seorang pemimpin diharapkan dapat menunjukkan perilaku terhadap bawahannya dengan cara berikut:
a)      Menghargai Mereka
Hal ini berarti menghargai mereka atas kualitas spesifik yang mencerminkan individualitas mereka. Menghargai bukanlah masalah persahabatan atau sifat saling suka atau tidak suka. Orang harus dapat menghargai seseorang yang tidak disukai atau bersahabat dengan seseorang yang tidak kita hargai.
b)      Menunjukkan Empati
Empati adalah membiarkan orang lain tahu bahwa kita dapat melihat sesuatu dari sudut pandang mereka sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas atas masalah atau isu dari kerangka referensi mereka sendiri.
c)      Bersikap Tulus
Hal ini berarti menjadi diri sendiri dan bersikap jujur atas perasaan dan pendapat. Bersangkutan pula dengan komunikasi dengan orang lain bahwa pemimpin terbuka terhadap gagasan baru dan bersedia membantu. Hubungan baik antara pemimpin dan bawahan akan memberdayakan karena mendorong dan membuka komunikasi,memastikan bahwa saran setiap orang didengarkan dan dipertimbangkan, dan membiarkan orang mengakui setiap kekurangan pengalaman yang dimiliki. Pemimpin yang ingin memberdayakn orang berusaha menciptakan hubungan dimana anggota tim merasa dihargai, dimana mereka dapat menerima resiko dan mereka belajar percaya diri. Mereka melakukan dengan menghargai apa yang dicapai anggota tim, menjadi terbuka dan jujur, memiliki sikap positif, dan mendorong orang
2.      Pergeseran Fungsi Manajemen
Di dalam organisasi konvensional seorang manajer berada di puncak piramid, sedangkan bawahannya berada di bawah pada posisi untuk mendukung eksistensinya. Sementara itu, dalam iklim pemberdayaan yang terjadi adalah piramid terbalik. Pekerja berada di atas,sedangkan manajer berada di bawah. Hal  tersebut mengandung makna bahwa manajer bekerja untuk mendorong dan memenuhi kepentingan anak buahnya.
3.      Memimpin Dengan Contoh
Pemimpin juga harus dapat menjadi model peran bagi orang yang harus diberdayakan. Hal yang harus dilakukan adalah menyampaikan pesan secara jelas kepada orang di sekitar kita. Kita yakin apa pun yang kita katakan dan kita lakukan akan dicatat dan dipertimbangkan oleh orang yang bertanggung jawab kepada kita. Terdapat beberapa cara bagi pemimpin untuk menunjukkan contoh baik bagi timnya. Apa pun yang diputuskan, penting membentuk model perilaku yang diinginkan untuk di contoh orang lain (Smith,2000:38). Smith memberikan beberapa contoh berikut:
a)      Jika pemimpin ingin mereka melakukan apa yang mereka katakan,ia harus membuktikan bahwa dirinya dapat dipercaya.
b)      Jika pemimpin menginginkan mereka inovatif, ia harus bersiap untuk menerima resiko atas inovasi yang mereka lakukan.
c)      Jika pemimpin ingin orang lain melakukan ekstra usaha,ia harus mendorong diri sendiri bekerja lebih keras.
d)     Jika pemimpin ingin mereka terbuka,ia harus jujur dan tulus kepada mereka sehingga mendapat kesan tidak ada yang disembunyikan.
e)      Jika pemimpin ingin mereka saling mempercayai, ia harus mempercayai mereka.
f)       Jika pemimpin ingin mereka menunjukkan keajaiban, ia harus melengkapi mereka dengan visi masa depan yang positif,menggairahkan dan memberikan inspirasi.
4.      Memengaruhi Orang lain
Dalam peranan kita sebagai empowering manager perlu memengaruhi berbagai orang, yaitu kolega kita, orang yang bertanggung jawab kepada kita, line manager, bahkan mungkin direksi jika di sektor publik atau organisasi sosial. Pemimpin dapat mengubah sikap orang atau pola perilaku mereka. Pemimpin perlu memahami kapan memengaruhi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus dipergunakan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi semacam itu.
5.      Mengembangkan Team Work
Kecenderungan perkembangan organisasi di masa depan adalah berkembangnya bentuk Team Based Organization. Pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi yang terdapat dalam tim-tim tersebut. Di sisi lain, perlu dikembangkan komunikasi yang efektif, baik yang sifatnya vertikal maupun horisontal. Dengan komunikasi dan saling memberi informasi, akan tumbuh saling kepercayaan sebagai dasar bagi berkembangnya team work di antara anggota organisasi.
6.      Melibatkan Bawahan dalam Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam manajemen konvensional lebih didominasi oleh pemimpin berdasarkan kewenangan yang dimiliki. Proses pengambilan keputusan lebih bersifat top-down. Peran bawahan hanya sekadar menjalankan perintah atasan. Kondisi demikian tidak menumbuhkan kreativitas dan motivasi bawahan yang sangat diperlukan. Di dalam iklim pemberdayaan, pimpinan mendelegasikan sebagian kewenangan yang dimiliki kepada bawahan. Pimpinan sebelum mengambil sebuah keputusan mendengarkan pendapat orang lain yang akan terlibat dalam pelaksanaan keputusan. Tumbuhnya perasaan dilibatkan dalam pengambilan keputusan tersebut akan menumbuhkan rasa memiliki dan turut bertanggung jawab atas keputusan yang dikeluarkan.
7.      Menjadikan Pemberdayaan Sebagai Way of Life
Dengan menjadikan pemberdayaan berlangsung secara alamiah di dalam organisasi, akan tercipta suatu keadaan di mana tim yang dibentuk menjadi lebih bahagia dan termotivasi. Iklim kerja menjadi lebih terbuka dan santai, hambatan yangterjadi antara berbagai kelompok akan dapat dipecahkan karena terjadi komunikasi internal yang lebih baik.
8.      Membangun Komitmen

Pemberdayaan merupakan suatu proses yang dapat dimulai dalam iklim dimana terdapat harapan yang tinggi, dimana setiap orang merasa dihormati dan dihargai dan di mana orang bersedia memberikan yang terbaik yang dimiliki. Tanpa dukungan atasan, perubahan yang diperlukan akan sulit dilakukan. Dukungan yang diberikan pimpinan menjadi kurang berarti apabila tidak disambut secara antusiasoleh karyawan. Oleh karena itu, pemberdayaan sebagai bagian dari perubahan memerlukan komitmen segenap stakeholder yang terlibat dalam proses pemberdayaan dan perubahan. Tanpa komitmen, tidak mungkin dapat mencapai hasil yang diharapkan.

TANTANGAN PERUBAHAN DAN FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dengan adanya globalisasi dewasa ini maka perubahan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh suatu perusahaan. Untuk dapat bersaing, perusahaan dituntut untuk dapat menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Terdapat banyak faktor terjadinya perubahan, baik dari faktor eksternal perusahaan maupun faktor internal perusahaan. Dalam mengusung suatu perubahan, perusahaan juga tidak dapat menghindar dari tantangan dalam menerapkan perubahan tersebut. Tantangan-tantangan tersebut dimulai dari tahapan-tahapan yang nantinya akan ditemui saat menerapkan perubahan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa tantangan dalam perubahan?
2.      Apa faktor - faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan?
3.      Apa faktor internal dan eksternal pendorong perubahan?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui tantangan dalam perubahan
2.      Dapat memahami faktor - faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan
3.      Dapat mengetahui faktor internal dan eksternal pendorong perubahan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tantangan Perubahan
Tantangan merupakan suatu hal yang harus dihadapi demi terciptanya kemajuan organisasi. Tantangan dalam perubahan itu sendiri yakni bagaimana menyikapi atau menghadapi permasalahan yang muncul yakni resistensi yang timbul dari seorang individu dan kelompok tertentu.
Terdapat 3 Tahap Tantangan utama yang akan dihadapi  dalam perubahan yaitu :
1.Tantangan dalam tahap prakarsa perubahan
Pada tahapan untuk memulai suatu perubahan akan  dihadapi 4 (empat) macam tantangan yaitu :
1.      Perasaan tidak mempunyai cukup waktu
2.      Tidak ada bantuan coaching dan dukungan
3.      Merasa tidak relevan
4.      Konsistensi nilai-nilai dan perilaku

2.Tantangan dalam tahap meneruskan perubahan
Tantangan yang dihadapi pada  tahap ini adalah :
1.      Ketakutan dan kecemasan
2.      Penilaian dan pengukuran
3.      Percaya dan ketidakpercayaan

3.Tantangan dalam tahap merancang dan berpikir ulang
Tantangan pengaturan timbul melalui tiga proses pembatasan yang saling berhubungan dengan batas dasar. Sering tantangan timbul karena kelompok pemandu melalui perselihan terhadap otonominya. Apabila kelompok ini mengembangkan kemampuan pembelajaran baru, mereka mendapatkan kepercayaan diri, perasaan kekuasaannya meningkat dan kapasitas lebih besar untuk pengaturan diri. Semua ini cenderung mengarah secara alamih pada tindakan dengan tingkat otonomi yang lebih tinggi, menetukan sendiri lebih banyak arah dan penyelesaianya.


Maka dari itu terdapat beberaapa taktik untuk mengatasinya menurut Coch dan French Jr. yaitu :
  1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
  2. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan
  3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
  4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
  5. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
  6. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan
2.2 Faktor - Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Perubahan
Di bawah ini,adalah faktor-faktor yang mendorong timbulnya perubahan menurut Robbins (2003), antara lain:
1.      Sifat Tenaga Kerja
Hampir setiap organisasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bersifat multikultural. Kebijaksanaan dan praktik sumber daya manusia harus berubah agar dapat menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang semakin beragam. Organisasi harus dapat mengakomodasi kepentingan pekerja sebagai akibat keberagaman tersebut.
Sementara itu, pekerja baru tidak mempunyai keterampilan cukup sehingga apabila dilakukan rekrutmen, perusahaan harus mengeluarkan banyak dana untuk pelatihan di berbagai bidang.
2.      Teknologi
Teknologi telah mengubah pekerjaan dan organisasi. Penggantian pengawasan dengan menggunakan komputer menyebabkan rentang kendali manajer semakin luas dan organisasi yang lebih datar. Teknologi informasi yang canggih membuat organisasi semakin responsif. Program Total Quality Control (TQM) dan reengineering dapat dilakukan.
3.      Kejutan Ekonomi
Globalisasi telah menunjukkan dampaknya dengan timbulnya krisis ekonomi di beberapa negara seperti Thailand, Malaysia, Indonesia Filipina dan Korea Selatan. Beberapa negara diantaranya sedah berhasil sembuh, tetapi lainnya masih belum berhasil seperti Indonesia.
Gejolak dalam harga minyak maupun devaluasi yang dilakukan oleh suatu negara akan berpengaruh luas pada beberapa negara lainnya. Pertarungan nilai tukar US Dolar terhadap Yen Jepang akan berdampak pada perekonomian dunia.
4.      Persaingan
Sifat persaingan saat ini telah berubah menjadi bersigfat global. Organisasi harus dapat mempertahankan diri baik dari pesaing tradisonal yang mengembangkan produk dan jasa baru dan berskala kecil, maupun perusahaan yang menampilkan kewirausahaan dengan tawaran yang sangat inovatif.
Dalam suasana persaingan yang seperti ini akabn terjadi merger atau konsolidasi dari beberapa perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam persaingan, serta berkembangnya e-commerce. Perusahaan yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan akan hancur digilas oleh persaingan.


5.      Kecenderungan Sosial
Salah satu contoh sosial trends adalah terjadinya kecenderungan kelompok muda untuk menunda perkawinan, banyaknya perkawinan yang berakhir dengan perceraian. Di Indonesia terdapat kecenderungan meningkatnya pekerja wanita dengan segal konsekuensinya.
6.      Politik Dunia
Perubahan politik dunia jelas sangat berpengaruh kuat terhadap perubahan. Robohnya tembok Berlin, leburnya Uni Soviet, terbukanya pasar Cina dan politik antiterorisme merupakan contoh dari politik dunia. Tindakan poltik yang dilakukan oleh negara besar tidak lain merupakan usaha untuk melindungi kepentingan negaranya sendiri, terutama kepentingan ekonomi.
2.3 Faktor Internal dan Eksternal Pendorong Perubahan
2.3.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
·         Problem hubungan antar anggota,
·         Problem dalam proses kerja sama,
·         Problem keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut sistem saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesama anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. Sistem birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
2.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
BAB III
PENUTUP
3.      Simpulan

Dari materi diatas dapat kita simpulkan bahwa terdapat 3 tahap tantangan utama yang akan dihadapi  dalam perubahan yaitu tantangan dalam tahap prakarsa perubahan, tantangan dalam tahap meneruskan perubahan, tantangan dalam tahap merancang dan berpikir ulang. Didalam perubahan terdapat faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan yakni faktor internal dan faktor eksternal yang dimana faktor internal adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan dan faktor eksternal adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. 

WTO dan GATT

Organisasi Perdagangan Dunia (bahasa Inggris: WTO, World Trade Organization) adalah organisasi internasional yang mengawasi banyak persetujuan yang mendefinisikan "aturan perdagangan" di antara anggotanya (WTO, 2004a). Didirikan pada 1 Januari 1995 untuk menggantikan GATT, persetujuan setelah Perang Dunia II untuk meniadakan hambatan perdagangan internasional. Prinsip dan persetujuan GATT diambil oleh WTO, yang bertugas untuk mendaftar dan memperluasnya.
WTO merupakan pelanjut Organisasi Perdagangan Internasional (ITO, International Trade Organization). ITO disetujui oleh PBB dalam Konferensi Dagang dan Karyawan di Havana pada Maret 1948, namun ditutup oleh Senat AS (WTO, 2004b).
WTO bermarkas di JenewaSwiss. Direktur Jendral sekarang ini adalah Pascal Lamy (sejak 1 September 2005). Pada Juli 2008 organisasi ini memiliki 153 negara anggota. Seluruh anggota WTO diharuskan memberikan satu sama lain status negara paling disukai, sehingga pemberian keuntungan yang diberikan kepada sebuah anggota WTO kepada negara lain harus diberikan ke seluruh anggota WTO (WTO, 2004c). Pada akhir 1990-an, WTO menjadi target protes oleh gerakan anti-globalisasi.
WTO memiliki berbagai kesepakatan perdagangan yang telah dibuat, namun kesepakatan tersebut sebenarnya bukanlah kesepakatan yang sebenarnya. Karena kesepakatan tersebut adalah pemaksaan kehendak oleh WTO kepada negara-negara untuk tunduk kepada keputusan-keputusan yang WTO buat.
Privatisasi pada prinsip WTO memegang peranan sungguh penting. Privatisasi berada di top list dalam tujuan WTO. Privatisasi yang didukung oleh WTO akan membuat peraturan-peraturan pemerintah sulit untuk mengaturnya. WTO membuat sebuah peraturan secara global sehingga penerapan peraturan-peraturan tersebut di setiap negara belum tentulah cocok. Namun, meskipun peraturan tersebut dirasa tidak cocok bagi negara tersebut, negara itu harus tetap mematuhinya, jika tidak, negara tersebut dapat terkena sanksi ekonomi oleh WTO.
Negara-negara yang tidak menginginkan keputusan-keputusan yang dirasa tidak fair, tetap tidak dapat memberikan suaranya. Karena pencapaian suatu keputusan dalam WTO tidak berdasarkan konsensus dari seluruh anggota. Merupakan sebuah rahasia umum bahwa empat kubu besar dalam WTO (Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Uni Eropa) lah yang memegang peranan untuk pengambilan keputusan. Pertemuan-pertemuan besar antara seluruh anggota hanya dilakukan untuk mendengarkan pendapat-pendapat yang ada tanpa menghasilkan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan di sebuah tempat yang diberi nama "Green Room". Green Room ini adalah kumpulan negara-negara yang biasa bertemu dalam Ministerial Conference (selama 2 tahun sekali), negara-negara besar yang umumnya negara maju dan memiliki kepentingan pribadi untuk memperbesar cakupan perdagangannya. Negara-negara berkembang tidak dapat mengeluarkan suara untuk pengambilan keputusan.

GATT adalah perjanjian internasional, multilateral yang mengatur perdagangan internasional sesudah Perang Dunia II, yang didirikan pada tahun 1948. Setelah Perang Dunia II setiap Negara cenderung membatasi perdagangan import dan atau ekspor dengan alasan: proteksi untuk produsen, konsumen, masyarakat, neraca pembayaran, pertahanan dan keamanan.

Alasan Negara sedang berkembang untuk melindungi industrinya yang masih lemah (infant industry)

Tujuan GATT
1.      terjadinya perdagangan dunia yang bebas tanpa diskriminasi.
2.      Memupuk disiplin diantara anggotanya supaya tidak mengambil langkah yang merugikan anggota lainnya.
3.      Mencegah tejadinya perang dagang yang merugikan semua pihak.

Jika suatu Negara anggota akan melakukan protksi, dianjurkan menggunakan tarif (bea masuk) yang transparan, bukan non tarif seperti kuota, larangan impor, subsidi dan standar mutu.

Azas Dalam GATT
1) Perdagangan bebas.
2) proteksi dengan tarif non diskriminasi,

3) transparansi kebijakan perdagangan. (Hendra Halwani, 1993).

SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Perdagangan_Dunia

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

Bagus Asta Iswara Putra, A.A Sagung Kartika Dewi Abstract The aim of this study was to examine the direct effect of job satisfaction ...