ACADEMIA
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal. Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. . Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan. . Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja - Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
Sumber: https://www.academia.edu/9355467/FUNGSI-FUNGSI_MANAJEMEN (Penulis: Syilvia Lestari)
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. . Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan. . Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja - Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
Sumber: https://www.academia.edu/9355467/FUNGSI-FUNGSI_MANAJEMEN (Penulis: Syilvia Lestari)
Learning Organization
Organisasi belajar atau organisasi pembelajaran adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul.
Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan bahwa organisasi pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri”. • Menurut Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya”. • Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar itu penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar.
Kerka menyatakan, lima disiplin yang diidentifikasikan Peter Senge adalah kunci untuk mencapai organisasi jenis ini. Peter Senge juga menekankan pentingnya dialog dalam organisasi, khususnya dengan memperhatikan pada disiplin belajar tim (team learning). Maka dialog merupakan salah satu ciri dari setiap pembicaraan sesungguhnya dimana setiap orang membuka dirinya terhadap yang lain, benar-benar menerima sudut pandangnya sebagai pertimbangan berharga dan memasuki yang lain dalam batasan bahwa dia mengerti tidak sebagai individu secara khusus, namun isi pembicaraannya. Tujuannya bukan memenangkan argumen melainkan untuk pengertian lebih lanjut. Belajar tim (team learning) memerlukan kapasitas anggota kelompok untuk mencabut asumsi dan mesu ke dalam pola “berfikir bersama” yang sesungguhnya. [Senge. 1990]
Dimensi Learning Organization Peter Senge (1999) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi yakni:
1. Personal Mastery Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.
2. Mental Model Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan, dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.
3. Shared Vision Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam organisasi.
4. Team Learning Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif, dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya
5. System Thinking Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya. Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa depan. Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa depan.
Berdasarkan hasil penelitian Tjakraatmaja (2002) dihasilkan temuan bahwa untuk membangun learning organization dibutuhkan tiga pilar yang saling mendukung, yaitu : 1. Pembelajaran Individual (individual learning), 2. Jalur Transformasi Pengetahuan, 3. Pembelajaran Organisasional (organizational learning).
Menurut Pedler, dkk (Dale, 2003) suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi yang:
1. Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka; 2. Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok dan stakeholder lain yang signifikan; 3. Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat kebijakan bisnis; 4. Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus menerus; Tujuan proses transformasi ini, sebagai aktivitas sentral, adalah agar perusahaan mampu mencari secara luas ide-ide baru, masalah-masalah baru dan peluang-peluang baru untuk pembelajaran, dan mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin kompetitif. Peter Sange (1990) mengatakan sebuah organisasi pembelajar adalah organisasi “yang terus menerus memperbesar kemampuannya untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat mereka dibedakan oleh lima disiplin, yaitu: penguasaan pribadi, model mental, visi bersama, pembelajaran tim, dan pemikiran sistem. Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan ketrampilan dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya, pembelajaran organisasi adalah: 1. Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-masing anggota; 2. Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas terhadap keadaan internal maupun eksternal melalui kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang tidak tergantung pada anggota-anggota tertentu; 3. Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali atau perancangan kembali unsur-unsur organisasi; 4. Pembelajaran lebih merupakan suatu bentuk meta-pembelajaran yang mensyaratkan pemikiran kembali pola-pola yang menyambung dan mempertautkan potongan-potongan sebuah organisasi dan juga mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang relevan; 5. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang seolah-oleh mengikat beberapa sub-proses, misalnya perhatian, penafsiran, pencarian, pengungkapan dan penemuan, pilihan, pengaruh dan penilaian. 6. Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif, misalnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki bersama oleh para anggota organisasi maupun kegiatan organisasi yang berulang-ulang, misalnya rutinitas dan perbaikan tindakan. Ada proses yang sah dan tanpa henti untuk memunculkan ke permukaan dan menguji praktik-praktik organisasi serta penjelasan yang menyertainya. Dengan demikian organisasi pembelajar ditandai dengan pengertian kognitif dan perilaku.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_belajar
Manajemen Strategik
A.
Definisi dan Konsep Strategi
Strategi adalah salah
satu perangkat untuk mengembangkan tujuan. Dalam perkembangannya konsep dan
definisi strategi terus berkembang. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
perbedaan konsep mengenai strategi, beberapa definisi strategi
yang dikemukakan oleh para pakar, yaitu :
1. Menurut Fred R. David
Strategi adalah cara untuk mencapai
tujuang-tujuan jangka panjang.
2. Menurut Porter
Startegi adalah alat yang sangat
penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Konsep-konsep terkait adalah sebagai
berikut :
1. Distinctive Competence
Adalah
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih
baik dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Day dan Wensley, identifikasi
distinctive competence dalam suatu organisasi meliputi keahlian tenaga kerja
dan kemampuan sumber daya.
2. Competitive Advantage
Merupakan
kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul
dibandingkan dengan pesaingnya.
B.
Tipe-tipe strategi
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe
strategi, yaitu :
1. Strategi manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi
yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi
secara mikro. Mislanya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan
sebagainya.
2. Strategi investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang
berorientasi pada investasi. Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan
strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar,
strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru, dan
sebagainya.
3. Strategi bisnis
Strategi bisnis ini sering juga
disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi berorientasi pada
fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan
strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
C. Tingkatan strategi
Dalam suatu manajemen strategi, perusahaan pada umumnya
mempunyai tiga tingkatan strategi, yaitu :
1. Strategi korporasi
Masalah
yang cukup penting dari strategi ini adalah menentukan strategi apa yang akan
dikembangkan, bisnis apa yang ingin dipertahankan dan bisnis apa yang akan
dilepaskan.
2. Strategi bisnis
Perusahaan yang menghasilkan berbagai
jenis produk akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis atau pasar. Dengan
demikian strategi bisnis dapatditekankan pada strategic business units (SBU).
Pada prinsipnya memiliki karakteristik, yaitu menghasilkan misi dan strategi,
produk dan jasa secara spesifik, bersaing dengan pesaing yang telah diketahui
dengan jelas. Strategi bisnis pada umunya menekankan pada peningkatan margin
laba dari produk dan penjualan, dan harus mengintegrasikan berbagai aktivitas
fungsi, sehingga tujuan tingkat divisi dapat dicapai.
3. Strategi fungsional
Strategi fungsional lebih bersifat
operasional karena langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang
ada dibawah tanggung jawabnya,seperti fugsi manajemen produksi/operasional,
pemasaran,keuangan, dan personalia.
D.
Berbagai Alternatif Strategi
1.
Strategi Integrasi (Integration
Strategy)
Integrasi ke depan, Integrasi ke belakang dan Integrasi horizontal
merupakan tiga macam strategi yang termasuk kedalam kelompok strategi
integrasi. Kegiatannya secara kolektif sering dianggap secara strategi
integrasi vertikal (Vertical Integration strategy). Strategi ini
menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap
distributor, pemasok atau para pesaing baik melalui marger, akuisisi atau
membuat perusahaan sendiri. (Fred R. David, 2009:251).
Berikut
penjelasan ketiga strategi integrasi :
1. Strategi
Integrasi ke depan
Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai
kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau pengecer
mereka bila perlu dengan dengan memilikinya. Berkaitan dengan kepemilikan dan
kendali yang besar, belakangan ini banyak produsen yang mengaplikasi strategi
integrasi ke depan.
2. Strategi
Integrasi ke Belakang
Merupakan sebuah usaha strategi yang mengupayakan
kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Strategi
tersebut sangant tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak dapat
diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
3. Strategi
Integrasi Horizontal
Strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang
lebih besar atas pesaing perusahaannya. Salah satu tren paling signifikan dalam
manajemen strategis dewasa ini adalah
meningkatnya pemakai integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. merger,
akuisisi, pengambilalihan (takeover) diantara para pesaing memungkinkan
peningkatan skala ekonomi serta mendorong transfer sumber daya dan kompetensi.
2.
Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Penetrasi pasar , pengembangan pasar dan pengembangan produk kadang disebut
sebagai strategi intensif sebah hal-hal tersebut mengharuskan adanya
upaya-upaya intensif jika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada
saat ini ingin membaik. Ketiga strategi ini dipaparkan sebagai berikut :
1.
Strategi Penetrasi Pasar (Market
Penetration)
Strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk
produk atau jasa yang ada dipasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang
lebih besar. Strategi ini secara luas digunakan dalam bentuk murni maupun dalam
bentuk kombinasi (gabungan) dengan strategi-strategi lainnya.
2.
Strategi Pengembangan Pasar (Market
Development)
Strategi ini
bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada ke
daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Dalam perspektif
global, pengembangan pangsa pasar berskala internsional sudah banyak dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan. Hal ini dapat dilakukan jika memiliki jaringan
distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, pendapatan laba yang sesuai
dengan harapan, serta adanya pangsa yang baru atau pasar yang belum jenuh.
3.
Strategi Pengembangan Produk (Product
Development)
Strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi
produk atau jasa yang ada saat ini. Pengembangan produk biasanya memerlukan
pengeluaran yang besar untuk penelitian dan
pengembangan
Strategi Diversifikasi
Terdapat dua jenis umum
strategi deversifikasi, terkait dan tidak terkait. Bisnis dikatakan terkait
ketika rantai nila bisnis memiliki kesesuaian strategi lintas bisnis yang
bernilai secara kompetitif. Bisnis dikatakan tidak terkait ketikarantai nilai
bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas bisnis yang
bernilai secara kompetitif.
Sebagian besar perusahaan memilih
strategi diversifikasi yang terkait untuk memanfaatkan sinergi – sinergi
berikut :
1. Menstransfer keahlian yang bernilai
secara kompetitif, tips dan trik teknologis, atau kapabilitas lain dari satu
bisnis ke bisnis yang lain.
2. Memadukan aktivitas – aktivitas
terkait dari bisnis yang terpisah kedalam satu operasi tunggal untuk mencapai
biaya yang lebih rendah.
3. Memanfaatkan nama merk yang telah
dikenal luas.
4. Kerja sama lintas bisnis untuk
menciptakan kekuatan dan kapabilitas sumber daya yang bernilai secara
kompetitif.
a.
Diversifikasi Tak Terkait
Sepuluh pedoman tentang
kapan diversifikasi tak terkait dapat menjadi sebuah strategi yang sangat
efektif :
1. Ketika pendapatan dari produk atau
jasa yang saat ini dimiliki organisasi akan meningkat secara signifikan dengan
menambah produk baru yang tidak terkait
2. Ketika organisasi bersaing disebuah
industry yang sangat kompetitif dan/ tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana
diindikasikan oleh margin laba dann pengembalian industry yang rendah.
3. Ketika saluran distribusi organisasi
saat ini dapat digunakan untuk memasarkan produk – produk baru kepada konsumen
yang ada.
4. Ketika produk baru memiliki pola
penjualan kontrasiklis bila dibandingkan dengan produk organisasi saat ini.
5. Ketika industry dasar suatu
organisasi mengalami menurunan dalam penjualan dan laba tahunan.
6. Ketika organisasi memiliki modal dan
talenta manajerial yang dibutuhkan untuk bersaing dengan baik di industry baru.
7. Ketika organisasi memiliki peluang
untuk membeli bisnis tak terkait yang menarik secara investasi.
8. Ketika ada sinegi finansial antara
perusahaan yang diakusisi dan mengakusisi.
9. Ketika pasar yang ada sudah jenuh
dengan produk organisai saat ini
10. Ketika aksi antitrust dapat
didakwakan terhadap organisasi yang secara historis telah berkonsentrasi pada
satu jenis industry.
5.
Strategi Generik Porter
a.
Strategi Biaya Rendah (cost leadership)
Strategi
Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk
standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah.
Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif
mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau
menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku
pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang
termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak
(terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan
pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan
tawar-menawar yang signifikan.
b.
Strategi Pembedaan Produk (differentiation)
Strategi
Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup
menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk
(barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk
menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan
produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan
atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun
psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai kemudahan
pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai
hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi.
Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif
tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Perlu
diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak
memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk
standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika
kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan
strategi ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama (durable)
dan sulit ditiru oleh pesaing.
c.
Strategi Fokus (focus)
Strategi
fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar
yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan
konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk
membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama
pada perusahaan skala menengah dan besar , strategi fokus diintegrasikan dengan
salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau
strategi pembedaan karakteristik produk.
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup
(market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu
diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak
tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih
efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati
oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini
lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market),
wilayah geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery.
E. Sarana-sarana untuk mencapai strategi
1.
Strategi Merger / Akuisisi
Merger dan akuisisi
merupakan dua cara yang lazim digunakan untuk menjalankan strategi. Merger
terjadi manakala dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk
membangun satu unit usaha. Akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi besar
membeli suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya.
Alasan untuk melakukan merger dan
akuisisi :
1. Untuk menydiakan pemanfaatan
kapasitas yang lebih baik.
2. Untuk memanfaatkan secara lebih baik
tenaga penjualan yang ada.
3. Untuk mengurangi staf manajerial.
4. Untuk mencapai skala ekonomi.
5. Untuk mengatasi masalah tren musiman
pada penjualan.
6. Untuk memperoleh akses ke pemasok,
distributor, konsumen, produk, dan kreditor baru.
7. Untuk menguasai teknologi baru.
8. Untuk mengurangi kewajiban pajak.
Ada beberapa alasan mengapa banyak
merger dan akuisisi yang gagal :
1. Kesulitan – kesulitan integrasi.
2. Evaluasi target yang kurang memadai.
3. Utang yang besar atau luar biasa.
4. Ketidak mampuan untuk mencapai
sinergi.
5. Terlalu banyak divestasi.
6. Para manajer terlampau berfokus pada
akuisisi.
7. Akuisisi yang terlalu besar.
8. Kesulitan dalam menyatukan budaya
organisasi yang beragam.
9. Turunnya semangat kerja karyawan
karena pemecatan dan relokasi.
2.
Strategi Kemitraan
Kemitraan
biasanya didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerjasama antara
beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya
setuju untuk bekerjasama dalam meraih tujuan bersama dan menunaikan kewajiban
tertentu serta menanggung resiko, tanggungjawab, sumberdaya, kemampuan dan
keuntungan secara bersama-sama. Kunci utama terlaksananya kemitraan adalah
dengan merapkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi seluruh program-program
dengan lembaga-lembaga terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan tersebut.
Untuk
membangun dan memperluas akses pendidikan masyarakat dan menjawab tantangan
pengembangan kemitraan, perlu ditingkatkan koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi seluruh program, baik secara internal maupun lintas sektoral.
Penggalangan kemitraan dan kerjasama yang baik dilakukan dengan seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga seluruh program sampai ke
masyarakat dan dapat dilaksanakan tanpa hambatan berarti.
Dalam
sejarah pengembangan manusia tidak terdapat seorangpun yang bisa hidup sendiri
terpisah dari kelompok lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun
hanyalah untuk sementara waktu. Aristoteles, seorang ahli Yunani Kuno
menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia itu adalah zoon politicon, artinya
bahwa manusia itu sebagai mahluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesame manusia lainnya, jadi mahluk yang suka bermasyarakat.
Oleh karena sifatnya yang suka bergaul dengan satu sama lain, maka manusia
disebut makhluk sosial . Adanya hubungan antar manusia tersebut kemudian
melahirkan istilah kemitraan.
F.
Joint Venture
Joint Venture merupakan strategi yang sangat populer.
Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama
atau konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama.
Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang
melakukan Joint Venture tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri.
Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk
suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. Joint Venture
bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem
distribusi, kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk
mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender.
Joint Venture
dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya
untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi
secara global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama
antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya
kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk mensinergikan keunggulan
kempetitif di bidang masing-masing, baik itu teknologi, distribusi, riset
dasar, maupun kapasitas produksi.
Kasus SDM yang peka terhadap perubahan PT. Telkom Indonesia ,Tbk.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Persaingan
bisnis di Industri
Telekomunikasi yang semakin
ketat otomatis menjadikan setiap
pelaku bisnis harus
sensitif dan peka terhadap perubahan. Jika tidak dapat
mengidentifikasinya dan cepat beradaptasi
dengan perubahan, maka
nama besar dari
pemain yang eksisting
bisa terkalahkan. Oleh karena itu
setiap pelaku bisnis
harus bisa cepat
bertransformasi guna memenangkan persaingan bisnis.
Di Industri Telekomunikasi, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perusahaan milik pemerintah atau
“plat merah” merupakan salah satu perusahaan
terbaik di Indonesia.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
sebagai perusahaan milik pemerintah atau
sering disebut perusahaan “plat
merah” merupakan salah satu perusahaan terbaik di
Indonesia yang telah meraih
berbagai penghargaan baik tingkat nasional dan internasional. Penghargaan ini merupakan hasil
komitmen dan kerja keras untuk
mewujudkan visi perusahan menjadi
perusahaan To Become A Leading TIMES
(Telecomunication Information Media Edutainment Services) in The Region. Dengan basic believe always the best PT Telkom Indonesia terus
melakukan berbagai langkah besar dalam mewujudkan
target perusahaaan dan
pertumbuhan bisnis berkesinambungan.
Faktor-faktor ini memicu berbagai
kebijakan dan langkah yang besar termasuk
perubahan di bidang organisasi yang berpijak pada kaidah structure follow strategy. Untuk mencapai tujuan ini, PT Telkom harus cepat beradaptasi
di tengah perubahan
lingkungan bisnis yang
ada. Guna mempertahankan eksistensi dan terus tumbuh
juga menjadi pemenang di
bisnis
telekomunikasi.
PT Telkom sebagai perusahaan BUMN atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah, maka dalam usahanya akan
mengalami sedikit hambatan karena terbentur dengan regulasi. Beda dengan swasta
yang memang pure bisnis. Perusahaan
swasta kecenderungannya akan lebih gesit dan lincah dalam mencari laba
sebanyak-banyaknya. Hal ini karena tidak terlalu kaku dalam menjalankan bisnisnya
karena aturan-aturan yang mengikat di dalam menjalankan bisnisnya. Bagi PT
Telkom, terlebih dengan adanya peraturan yang melarang monopoli di industri
telekomunikasi yaitu dengan adanya Undang-Undang Telekomunikasi No. 36/1999,
yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000. Undang-undang
Telekomunikasi menetapkan pedoman bagi reformasi industri telekomunikasi,
termasuk liberalisasi industri, kemudahan masuknya pemain baru, serta
peningkatan transparansi dan persaingan. Undang-undang Telekomunikasi
meniadakan konsep “badan penyelenggara” sehingga mengakhiri status Telkom dan
Indosat sebagai badan penyelenggara yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan layanan telekomunikasi domestik dan internasional. Untuk
meningkatkan persaingan, Undang-undang Telekomunikasi melarang praktik monopoli
dan persaingan tidak wajar antar operator telekomunikasi. Dampak dari adanya
Undang-undang Telekomunikasi ini antara lain mengakibatkan banyak pemain di
industri telekomunikasi.
Menyikapi
perubahan lingkungan bisnis yang ada, manajemen pun senantiasa melakukan upaya
transformasi perusahaan. Transformasi perusahaan ini dipandang penting
dilakukan guna mewujudkan target
perusahaan dan pertumbuan bisnis yang berkesinambungan. Pada tahapan transformasi
perusahaan, pemahaman
karyawan terhadap transformasi perusahaan memang beragam dan dapat menimbulkan
gejolak serta berpotensi membuat proses transformasi gagal. Implikasi dari
adanya trasformasi perusahaan mulai
antara lain resistensi karyawan terhadap transformasi itu sendiri, struktur
organisasi yang berubah, kompetensi dan kapabilitas karyawannya sendiri. Oleh
karena itu, proses transformasi di dalam internal perusahaan akan ada pihak
yang mendukung dan tidak mendukung. Hal ini bisa antara lain dikarenakan pemahaman
karyawan terhadap rencana transformasi ini terbatas. Isu seputar transformasi
bisa juga dianggap rentan karena ada di antara karyawan yang menganggap bahwa
dengan transformasi ini mereka bisa di PHK sewaktu-waktu.
Proses
trasformasi ini akan sukses jika pada tahap awal internal perusahaan mendukung
akan pentingnya transformasi ini. Oleh karena itu, manajemen perlu melakukan
langkah-langkah yang strategis agar komunikasi internal perusahaan dipastikan
berjalan dengan baik. Proses internal komunikasi yang baik melalui strategi
komunikasi yang jitu dan tepat diharapkan menunjang proses
transformasiperusahaan bisa didukung oleh internal stakeholder. Manajemen harus
bisa mengomunikasikan seluruh kebijakandanprogram
transformasi kepada seluruh karyawan. Pekerjaan mengomunikasikan program
transformasi ini harus dilakukan secara cermat dan penuh perhitungan. Strategi
komunikasi yang tepat akan mempermudah penerimaan karyawan terhadap
transformasi perusahaan sehingga diharapkan mendapat dukungan penuh dari
seluruh karyawan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
·
Bagaimana strategi
untuk membentuk SDM yang peka terhadap perubahan ?
1.3. TUJUAN
Agar mampu mengerti bahwa SDM yang peka terhadap perubahan
melalui beberapa strategi yang terbukti hasilnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. LANDASAN TEORI
Strategi komunikasi adalah suatu cara untuk mengatur pelaksanaan proses
komunikasi sejak dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi, untuk
mencapai suatu tujuan. Strategi
komunikasi bertujuan agar:
a. Pesan mudah dipahami secara benar;
b. Penerima pesan dapat dibina dengan baik;
c. Kegiatan dapat termotivasi untuk dilakukan.
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam penyusunan strategi
komunikasi yaitu antara lain :
a. Mengenali Sasaran
Pada kegiatan ini, komunikator perlu mengenali terlebih dahulu siapa yang akan
menjadi sasaran komunikasi (disesuaikan
dengan tujuan komunikasi). Dalam
pengenalan sasaran, komunikator perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Pesan yang akan disampaikan disesuaikan dengan, antara lain: pengalaman,
pendidikan, status sosial, pola hidup,
ideologi, dan keinginan sasaran.
2. Situasi dan kondisi di sekeliling sasaran pada saat pesan akan disampaikan
dapat mempengaruhi penerimaan pesan,
misalnya suasana sedih, sakit, dan
situasi lingkungan yang tidak mendukung.
b. Pemilihan Media
Pemilihan media sangat tergantung pada tujuan yang akan dicapai, bentuk pesan
yang akan disampaikan, dan teknik
komunikasi yang akan dipakai.
c. Pengkajian Tujuan Pesan
Agar dapat mengemas pesan secara tepat, benar, dan menarik minat sasaran,
perlu dilakukanpengkajian tujuan pesan.
Namun sebelumnya harus dipahami dulu: isi
pesan apa yang cocok untuk disampaikan.
Satu pesan dapat menggunakan lebih dari
satu teknik komunikasi, atau menggunakan
satu atau beberapa lambang (misalnya:
bahasa, gambar, warna, gerak tubuh,
suara, dsb). bersedia menindak-lanjuti isi pesan. Kredibilitas
komunikator adalah kemampuan komunikator dalam menumbuhkan kepercayaan komunikan terhadap pesan. Kepercayaan ini timbul antara lain karena profesi, kedudukan, dan keahlian yang dimiliki komunikator. Kriteria komunikator yang memiliki kredibilitas,
antara lain: 1) daya nalar tinggi; 2) bermoral
baik; dan 3) memiliki karakter yang baik
2.2. HASIL
ANALISIS KASUS
Strategi Komunikasi dan Peran
HR Communication dalam Transformasi Perusahaan PT Telkom
Berdasarkan
pemaparan yang diuraikan diatas, maka disebutkan dengan jelas bahwa komunikasi
ini memiliki peran penting dalam proses transformasi perusahaan. Oleh karena
itu, dalam mengomunikasian program-program dan kebijakan-kebijakan perusahaan
dalam transformasi perusahaan kepada seluruh anggota perusahaan pun menjadi
upaya yang harus diperhatikan. Materi komunikasi atau pesan yang isinya terkait
dengan program-program dan
kebijakan-kebijakan Human Capital mendapat sorotan yang utama karena menyangkut
nasib 19.023 karyawan PT Telkom, berdasarkan data per Desember 2012.
Berdasarkan urgensinya itu, hal-hal yang terkait dengan HR Policy, PT.
Telekomunikasi Indonesia melalui HR Communication mendesain rancangan atau
model HR Communication Framework atau
Model HR Communication. HR
Communication Framework ini teruji dalam megomunikasikan program dan
kebijakan HR dalam transformasi perusahaan kepada seluruh karyawan.
Dalam ruang lingkup komunikasi organisasi, kegiatan
pengorganisasian informasi menjadi hal yang sangat penting. Terlebih dalam
proses transformasi perusahaan salah
satu implikasinya adalah resistensi karyawan terhadap perubahan itu sendiri.
Untuk itu, manajemen harus bisa mengomunikasikan pentingnya transformasi dan
tujuan dilakukannya pada seluruh anggota organisasi. Upaya menginformasikan
pentingnya transformasi ini dengan tujuan agar mendapatkan dukungan dari semua internal stakeholder perusahaan.
Dalam
mengomunikasikan setiap kebijakan Human Capital maka menggunakan media yang direct dan indirect atau above the line
dan below the line. Atau dengan kata
lain ada yang menggunakan media komunikasi ada yang langsung atau komunikasi
tatap muka. Setelah itu feedback dari strategi komunikasi HR Communication ini bisa dievaluasi berdasarkan HR Performance Evaluation dan Company Performance Evaluation.
Berdasarkan
Materi komunikasi yang berkaitan dengan Human
Capital seperti pada bagan Communication
Materialstersebut, HR Communication
harus bisa menganalisa isi materi dari setiap program atau kebijakan Human Capital, agar pesan yang
disampaikan bisa diterima dengan baik oleh karyawan. . Hal
ini berakibat bagaimana HR Communication mendesain suatu pesan yang jelas
sehingga urgensi dari kebijakan-kebijakan atau program-program Human Capital
yang berkaitan dengan transforamsi bisa diterima dan didukung oleh karyawan.
Strategi
komunikasi yang dilakukan HR Communication dalam implementasinya tak terlepas
dari perencanaan komunikasi yang tepat. Perencanaan komunikasi ini mulai dari
analisis dan penentuan komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek dalam
proses komunikasi. Perencanaan komunikasi oleh HR Communication PT Telkom ini sesuai dengan setiap kebijakan HR yang
akan dikomunikasikan kepada karyawan. Untuk hal-hal yang sifatnya sesuai dengan
pemilahanMaterial Communication yang high impact-high exposure maka
dipilihlah komunikator yang memang memiliki pengaruh kuat dan kompeten misalnya
CEO atau Dirut. Pesannya sesuai dengan kebijakan yang akan dikomunikasikan,
pesandisampaikan dalam bentuk pesan multimedia, pengemasan isi pesan harus
jelas dan menjelaskan pentingnya diimplementasikan kebijakan atau program Human Capital yang berkaitan dengan
transformasi perusahaan. Strategi komunikasi dalam transformasi perusahaan PT.
Telkom ini dalam implementasinya merupakan sistem komunikasi internal
perusahaan.
Kolaborasi
antara divisi HR Communication dan Corporate Communication dalam sistem
komunikasi internal perusahaan dalam Strategi Komunikasi dalam Transformasi
Perusahaan PT Telkom yaitu HR
Communication menyediakan konten atau isi pesan dari setiap program atau
kebijakan Human Capital dan Corporate Communication merupakan partner dalam mensosialisasikan konten
atau isi pesan tersebut, dengan memberikan akses atau menjadi admin terhadap
pesan yang berisi program atau kebijakan Human
Capital. Corporate Communication
dalam mengomunikasikan pesan ini melalui berbagai media, dan yang utama tetap
melalui media portal internal perusahaan, Telkomtube dan TDS. Manajemen ingin
mengembangakan dan membangun sistem informasi internal melalui portal internal
perusahaan. Hal ini dengan pertimbangan bahwa melalui portal internal
perusahaan maka informasi lebih bisa terukur dan bisa dikelola dengan baik oleh
manajemen. Selain itu, dengan penggunaan portal internal perusahaan maka
isu-isu high impact dan high exposurebisa segera diketahui oleh
karywan. Dengan kemudahan dan kecepatan akses melalui protal internal
perusahaan karyawan bisa mengetahui informasi dengan jelas dan pasti dengan
sumber informasi yang langsung dan terpercaya.
Dalam
transformasi perusahaan, informasi menjadi hal yang penting. Terlebih untuk
mendapat dukungan dari karyawan. Transformasi biasanya juga terkait dengan nasib
karyawan implikasinya otomatis pada resistensi karyawan. Namun dengan strategi
komunikasi yang jitu diharapkan resistensi ini berbalik menjadi dukungan pada
tujuan transformasi perusahaan. Dikatakan bahwa “Resistensi karyawan karena mereka tidak well information terhadap
kebijakan perusahaan. Tapi setelah well inform mereka menjadi tahu dan dapat
menerimanya. Clear message itu penting. Orang ga ngerti urgensinya akan dari
suatu kebijakan. Ada mission terhadap suatu perubahaan, seperti dibentuknya PT.Telkom
Akses, atau organisasi baru ini ada penolakan dimana-mana tapi setelah diterpa
oleh urgensi pembentukan organisasi baru ini maka informasi ini menjadi
penting.Pada kasus PT Telkom Akses, karyawan menolak tapi ketika dibuka
lowongan untuk 300 orang yang dibutuhkan , ternyata yang mendaftar 600, ini berarti
oversubcribes.Karyawan menjadi balik mendukung. Jadi ketika karyawan tidak
wellinformation mereka akan menolak.”
Hal ini sangat jelas, bahwa bagaimana organisasi
mengelola sistem internal komunikasi organisasi sangat penting terlebih dalam
proses transformasi perusahaan. Ketidakpastian informasi bisa berdampak fatal
terhadap jalannya proses transformasi perusahaan. Bagaimana perusahaan
mengelola atau melakukan pengorganisasian informasi ini menjadi sangat penting.
Menyusul transformasi bisnis
Perusahaan yang terfokus pada bisnis TIMES, penguatan kompetensi SDM dilakukan
dengan pelatihan dan pendidikan yang bersifat perubahan kompetensi dan
pengembangan kompetensi, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap strategi bisnis dan operasional. Pelatihan untuk perubahan kompetensi
bertujuan untuk menyiapkan kompetensi karyawan agar mampu menyikapi perubahan
telekomunikasi berbasis TDM menjadi telekomunikasi berbasis IP dan kompetensi
IMES. Sementara itu, pelatihan untuk pengembangan kompetensi bertujuan untuk
menyiapkan karyawan dengan kompetensi tertentu guna mendukung portofolio bisnis
Perusahaan. Setiap tahun, secara simultan kami memberikan beberapa bentuk
penghargaan sebagai apresiasi terhadap karyawan yang berprestasi dalam
mendukung pencapaian target bisnis. Pemberian penghargaan diatur dalam
kebijakan Telkom Employee
Reward yang diberikan secara
individual dan kelompok dalam berbagai jenis dan bentuk sesuai dengan tingkat
kepentingan Perusahaan yang meliputi pemberian apresiasi berupa kesempatan
melaksanakan ziarah/ibadah keagamaan, benchmarking ke industri telekomunikasi
dan perusahaan berskala global, serta kesempatan mengikuti seminar
internasional, dan pemberian insentif khusus. Program penghargaan juga
dilakukan oleh perusahaan di jajaran Telkom Group dalam rangka memotivasi
karyawan mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Transformasi perusahaan merupakan upaya manajemen
perubahan dan menajeman harapan. Dalam proses transformasi tersebut leader atau
pemimpin harus mampu mengomunikasikan urgensi dan tujuan dari transformasi
tersebut. Implikasi dari transformasi perusahaan satu diantaranya yaitu
resistensi karyawan karena terkait dengan nasib karyawan. Sedangkan tujuan
transformasi perusahaan bisa tercapai karena adanya dukungan dari seluruh
anggota organisasi. Peran komunikasi menjadi sangat penting agar pesan-pesan
penting dalam transformasi ini bisa diterima dengan jelas oleh karyawan.
Karyawan menjadi well information dan mengeri urgensi dilakukannya transformasi
yang terkait dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut Human Capital. Peran HR
Communication sangat penting dalam mendesai pesan yang terkait dengan program
dan kebijakan yang terkait dengan Human Capital. Sistem informasi internal
perusahaan merupakan kolaborasi dari Corporate Communication dan Human Capital
dalam hal ini HR Communication. Corporate Communication di PT Telkom berperan
sebagai pengelola atau admin yang menyalurkan atau mengomunikasikan setiap
program dan kebijakan Human Capital. Human Capital Framework merupakan model
yang ideal diterapkan di PT Telkom. Ini telah teruji dari beberapa kebijakan
yang diterapkan dan dikomunikasikan kepada karyawan.
Pemilihan media portal internal menjadi penting
dengan pertimbangan kecepatan dan kemudahan akses informasi bagi karwaywan.
Selain itu,melaui portal internal informasi yang disebarkan untuk karyawan
nantinya akan lebih mudah dikelola, karyawan akan mudah diikat dan diukur untuk
keperluan manejemen. Dan Strategi komunikasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan komunikasi menjadi hal penting dilakukan oleh HR Communication.
DAFTAR PUSTAKA
Subscribe to:
Posts (Atom)
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
Bagus Asta Iswara Putra, A.A Sagung Kartika Dewi Abstract The aim of this study was to examine the direct effect of job satisfaction ...
-
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan wirausahawan, Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001) mengemukakan beberapa potensi yang membuat...
-
Pengertian Pengendalian Material (Material Handling) Material handling adalah suatu seni dan ilmu untuk memindahkan, membungkus, d...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya globalisasi dewasa ini maka perubahan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindar...