A.
Definisi dan Konsep Strategi
Strategi adalah salah
satu perangkat untuk mengembangkan tujuan. Dalam perkembangannya konsep dan
definisi strategi terus berkembang. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
perbedaan konsep mengenai strategi, beberapa definisi strategi
yang dikemukakan oleh para pakar, yaitu :
1. Menurut Fred R. David
Strategi adalah cara untuk mencapai
tujuang-tujuan jangka panjang.
2. Menurut Porter
Startegi adalah alat yang sangat
penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Konsep-konsep terkait adalah sebagai
berikut :
1. Distinctive Competence
Adalah
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih
baik dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Day dan Wensley, identifikasi
distinctive competence dalam suatu organisasi meliputi keahlian tenaga kerja
dan kemampuan sumber daya.
2. Competitive Advantage
Merupakan
kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul
dibandingkan dengan pesaingnya.
B.
Tipe-tipe strategi
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe
strategi, yaitu :
1. Strategi manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi
yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi
secara mikro. Mislanya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan
sebagainya.
2. Strategi investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang
berorientasi pada investasi. Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan
strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar,
strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru, dan
sebagainya.
3. Strategi bisnis
Strategi bisnis ini sering juga
disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi berorientasi pada
fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan
strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
C. Tingkatan strategi
Dalam suatu manajemen strategi, perusahaan pada umumnya
mempunyai tiga tingkatan strategi, yaitu :
1. Strategi korporasi
Masalah
yang cukup penting dari strategi ini adalah menentukan strategi apa yang akan
dikembangkan, bisnis apa yang ingin dipertahankan dan bisnis apa yang akan
dilepaskan.
2. Strategi bisnis
Perusahaan yang menghasilkan berbagai
jenis produk akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis atau pasar. Dengan
demikian strategi bisnis dapatditekankan pada strategic business units (SBU).
Pada prinsipnya memiliki karakteristik, yaitu menghasilkan misi dan strategi,
produk dan jasa secara spesifik, bersaing dengan pesaing yang telah diketahui
dengan jelas. Strategi bisnis pada umunya menekankan pada peningkatan margin
laba dari produk dan penjualan, dan harus mengintegrasikan berbagai aktivitas
fungsi, sehingga tujuan tingkat divisi dapat dicapai.
3. Strategi fungsional
Strategi fungsional lebih bersifat
operasional karena langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang
ada dibawah tanggung jawabnya,seperti fugsi manajemen produksi/operasional,
pemasaran,keuangan, dan personalia.
D.
Berbagai Alternatif Strategi
1.
Strategi Integrasi (Integration
Strategy)
Integrasi ke depan, Integrasi ke belakang dan Integrasi horizontal
merupakan tiga macam strategi yang termasuk kedalam kelompok strategi
integrasi. Kegiatannya secara kolektif sering dianggap secara strategi
integrasi vertikal (Vertical Integration strategy). Strategi ini
menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap
distributor, pemasok atau para pesaing baik melalui marger, akuisisi atau
membuat perusahaan sendiri. (Fred R. David, 2009:251).
Berikut
penjelasan ketiga strategi integrasi :
1. Strategi
Integrasi ke depan
Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai
kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau pengecer
mereka bila perlu dengan dengan memilikinya. Berkaitan dengan kepemilikan dan
kendali yang besar, belakangan ini banyak produsen yang mengaplikasi strategi
integrasi ke depan.
2. Strategi
Integrasi ke Belakang
Merupakan sebuah usaha strategi yang mengupayakan
kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Strategi
tersebut sangant tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak dapat
diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
3. Strategi
Integrasi Horizontal
Strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang
lebih besar atas pesaing perusahaannya. Salah satu tren paling signifikan dalam
manajemen strategis dewasa ini adalah
meningkatnya pemakai integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. merger,
akuisisi, pengambilalihan (takeover) diantara para pesaing memungkinkan
peningkatan skala ekonomi serta mendorong transfer sumber daya dan kompetensi.
2.
Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Penetrasi pasar , pengembangan pasar dan pengembangan produk kadang disebut
sebagai strategi intensif sebah hal-hal tersebut mengharuskan adanya
upaya-upaya intensif jika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada
saat ini ingin membaik. Ketiga strategi ini dipaparkan sebagai berikut :
1.
Strategi Penetrasi Pasar (Market
Penetration)
Strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk
produk atau jasa yang ada dipasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang
lebih besar. Strategi ini secara luas digunakan dalam bentuk murni maupun dalam
bentuk kombinasi (gabungan) dengan strategi-strategi lainnya.
2.
Strategi Pengembangan Pasar (Market
Development)
Strategi ini
bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada ke
daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Dalam perspektif
global, pengembangan pangsa pasar berskala internsional sudah banyak dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan. Hal ini dapat dilakukan jika memiliki jaringan
distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, pendapatan laba yang sesuai
dengan harapan, serta adanya pangsa yang baru atau pasar yang belum jenuh.
3.
Strategi Pengembangan Produk (Product
Development)
Strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi
produk atau jasa yang ada saat ini. Pengembangan produk biasanya memerlukan
pengeluaran yang besar untuk penelitian dan
pengembangan
Strategi Diversifikasi
Terdapat dua jenis umum
strategi deversifikasi, terkait dan tidak terkait. Bisnis dikatakan terkait
ketika rantai nila bisnis memiliki kesesuaian strategi lintas bisnis yang
bernilai secara kompetitif. Bisnis dikatakan tidak terkait ketikarantai nilai
bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas bisnis yang
bernilai secara kompetitif.
Sebagian besar perusahaan memilih
strategi diversifikasi yang terkait untuk memanfaatkan sinergi – sinergi
berikut :
1. Menstransfer keahlian yang bernilai
secara kompetitif, tips dan trik teknologis, atau kapabilitas lain dari satu
bisnis ke bisnis yang lain.
2. Memadukan aktivitas – aktivitas
terkait dari bisnis yang terpisah kedalam satu operasi tunggal untuk mencapai
biaya yang lebih rendah.
3. Memanfaatkan nama merk yang telah
dikenal luas.
4. Kerja sama lintas bisnis untuk
menciptakan kekuatan dan kapabilitas sumber daya yang bernilai secara
kompetitif.
a.
Diversifikasi Tak Terkait
Sepuluh pedoman tentang
kapan diversifikasi tak terkait dapat menjadi sebuah strategi yang sangat
efektif :
1. Ketika pendapatan dari produk atau
jasa yang saat ini dimiliki organisasi akan meningkat secara signifikan dengan
menambah produk baru yang tidak terkait
2. Ketika organisasi bersaing disebuah
industry yang sangat kompetitif dan/ tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana
diindikasikan oleh margin laba dann pengembalian industry yang rendah.
3. Ketika saluran distribusi organisasi
saat ini dapat digunakan untuk memasarkan produk – produk baru kepada konsumen
yang ada.
4. Ketika produk baru memiliki pola
penjualan kontrasiklis bila dibandingkan dengan produk organisasi saat ini.
5. Ketika industry dasar suatu
organisasi mengalami menurunan dalam penjualan dan laba tahunan.
6. Ketika organisasi memiliki modal dan
talenta manajerial yang dibutuhkan untuk bersaing dengan baik di industry baru.
7. Ketika organisasi memiliki peluang
untuk membeli bisnis tak terkait yang menarik secara investasi.
8. Ketika ada sinegi finansial antara
perusahaan yang diakusisi dan mengakusisi.
9. Ketika pasar yang ada sudah jenuh
dengan produk organisai saat ini
10. Ketika aksi antitrust dapat
didakwakan terhadap organisasi yang secara historis telah berkonsentrasi pada
satu jenis industry.
5.
Strategi Generik Porter
a.
Strategi Biaya Rendah (cost leadership)
Strategi
Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk
standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah.
Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif
mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau
menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku
pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang
termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak
(terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan
pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan
tawar-menawar yang signifikan.
b.
Strategi Pembedaan Produk (differentiation)
Strategi
Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup
menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk
(barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk
menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan
produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan
atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun
psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai kemudahan
pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai
hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi.
Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif
tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Perlu
diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak
memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk
standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika
kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan
strategi ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama (durable)
dan sulit ditiru oleh pesaing.
c.
Strategi Fokus (focus)
Strategi
fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar
yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan
konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk
membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama
pada perusahaan skala menengah dan besar , strategi fokus diintegrasikan dengan
salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau
strategi pembedaan karakteristik produk.
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup
(market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu
diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak
tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih
efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati
oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini
lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market),
wilayah geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery.
E. Sarana-sarana untuk mencapai strategi
1.
Strategi Merger / Akuisisi
Merger dan akuisisi
merupakan dua cara yang lazim digunakan untuk menjalankan strategi. Merger
terjadi manakala dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk
membangun satu unit usaha. Akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi besar
membeli suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya.
Alasan untuk melakukan merger dan
akuisisi :
1. Untuk menydiakan pemanfaatan
kapasitas yang lebih baik.
2. Untuk memanfaatkan secara lebih baik
tenaga penjualan yang ada.
3. Untuk mengurangi staf manajerial.
4. Untuk mencapai skala ekonomi.
5. Untuk mengatasi masalah tren musiman
pada penjualan.
6. Untuk memperoleh akses ke pemasok,
distributor, konsumen, produk, dan kreditor baru.
7. Untuk menguasai teknologi baru.
8. Untuk mengurangi kewajiban pajak.
Ada beberapa alasan mengapa banyak
merger dan akuisisi yang gagal :
1. Kesulitan – kesulitan integrasi.
2. Evaluasi target yang kurang memadai.
3. Utang yang besar atau luar biasa.
4. Ketidak mampuan untuk mencapai
sinergi.
5. Terlalu banyak divestasi.
6. Para manajer terlampau berfokus pada
akuisisi.
7. Akuisisi yang terlalu besar.
8. Kesulitan dalam menyatukan budaya
organisasi yang beragam.
9. Turunnya semangat kerja karyawan
karena pemecatan dan relokasi.
2.
Strategi Kemitraan
Kemitraan
biasanya didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerjasama antara
beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya
setuju untuk bekerjasama dalam meraih tujuan bersama dan menunaikan kewajiban
tertentu serta menanggung resiko, tanggungjawab, sumberdaya, kemampuan dan
keuntungan secara bersama-sama. Kunci utama terlaksananya kemitraan adalah
dengan merapkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi seluruh program-program
dengan lembaga-lembaga terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan tersebut.
Untuk
membangun dan memperluas akses pendidikan masyarakat dan menjawab tantangan
pengembangan kemitraan, perlu ditingkatkan koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi seluruh program, baik secara internal maupun lintas sektoral.
Penggalangan kemitraan dan kerjasama yang baik dilakukan dengan seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga seluruh program sampai ke
masyarakat dan dapat dilaksanakan tanpa hambatan berarti.
Dalam
sejarah pengembangan manusia tidak terdapat seorangpun yang bisa hidup sendiri
terpisah dari kelompok lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun
hanyalah untuk sementara waktu. Aristoteles, seorang ahli Yunani Kuno
menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia itu adalah zoon politicon, artinya
bahwa manusia itu sebagai mahluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesame manusia lainnya, jadi mahluk yang suka bermasyarakat.
Oleh karena sifatnya yang suka bergaul dengan satu sama lain, maka manusia
disebut makhluk sosial . Adanya hubungan antar manusia tersebut kemudian
melahirkan istilah kemitraan.
F.
Joint Venture
Joint Venture merupakan strategi yang sangat populer.
Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama
atau konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama.
Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang
melakukan Joint Venture tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri.
Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk
suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. Joint Venture
bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem
distribusi, kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk
mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender.
Joint Venture
dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya
untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi
secara global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama
antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya
kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk mensinergikan keunggulan
kempetitif di bidang masing-masing, baik itu teknologi, distribusi, riset
dasar, maupun kapasitas produksi.