BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian Kepemimpinan
Dalam bisnis sekarang,
pemimpin menjadi sinonim dengan top management. Hal tersebut memberikan implikasi
bahwa pertama: mereka yang tidak dalam posisi manajemen puncak bukanlah
pemimpin. Mereka mungkin mempunyai aspirasi menjadi pemimpin,tetapi tidak
sampai ke sana sampai mereka mencapai posisi senior manajemen. Kedua: hal
tersebut menyebabkan tidak ada definisi yang jelas tentang kepemimpinan.
Apabila kepemimpinan sekadar posisi dalam
hierarki, tidak ada definisi bebas kepemimpinan. Orang yang menjadi aksekutif
atau tidak, tidak dibicarakan tentang kepemimpinan (Peter Senge,1999:15). Kepemimpinan atau leadership merupakan
ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya
diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono,
2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan
adanya beberapa kesamaan.
Definisi Kepemimpinan menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi
orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan
terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak
orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya,
dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dalam teori kepribadian menurut
Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat
pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu
yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance
induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002). Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya
sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu
banyak definisi mengenai pemimpin, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah
orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik
untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Jebakan
dalam Kepemimpinan
Para
pemimpin perusahaan besar sadar bahwa setiap karyawan dan pimpinan harus keluar
dari kotak nyaman. Tantangan bisnis yang menuntut efektivitas dan efisiensi
total, mengharuskan setiap orang di dalam perusahaan untuk bekerja lebih
produktif dengan cara -cara kreatif yang luar biasa. Ada suatu pepatah dari
luar sana, yaitu “if everything seems so easy, then you are stepping downhill“.
Pesan yang ingin disampaikan adalah “hati-hatilah dengan kenyamanan,
kesenangan, dan kemudahan, jangan-jangan itu adalah jebakan dalam kehidupan”.
Agak ironis memang, bukankah kita bekerja keras dalam kehidupan untuk mencari
kenyamanan, kesenangan, dan kemudahan? Bisa jadi! tetapi mungkin maksudnya
adalah kita harus selalu mawas diri dalam kehidupan walau dalam kondisi yang
nyaman, senang, dan mudah sekalipun. Ada istilah yang sangat populer dalam
kehidupan, yaitu zona nyaman atau comfort zone. Zona ini adalah suatu
kondisi di mana seseorang sudah masuk ke dalam situasi di mana segala
sesuatunya terasa nyaman, senang, dan mudah. Studi menunjukkan bahwa kebanyakan
orang yang tidak mawas diri akan terjebak dalam zona nyaman ini. Zona nyaman
ini adalah jebakan. Suatu jebakan di mana akhirnya kita berhenti untuk
berpikir, berhenti untuk berusaha, dan berhenti untuk mengembangan diri
Akibatnya secara perlahan kita mengalami penurunan kompetensi,dan penurunan
daya juang, penurunan berpikir.
Mengeluarkan
organisasi dari zona nyaman membutuhkan figur pemimpin yang kuat dan visioner.
Dibutuhkan pemimpin yang cerdas membangun visi bersama, dan cerdas
menginternalisasikan nilai-nilai visi tersebut dengan pengaruh yang kuat, untuk
dapat dipatuhi setiap orang dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Kreativitas
organisasi dengan pengaruh dan arahan dari pemimpin yang visioner, akan
menjadikan organisasi dan setiap individunya bergerak cerdas, bersama
keunggulan untuk menang dalam kompetisi bisnis. Pemimpin perubahan meyakinkan
pengikutnya untuk keluar dari zona nyaman mereka dengan cara:
·
Komunikasikan kepada semua individu yang ada didalam organisasi, mulai
dari level atas sampai ke level bawah dengan komunikasi dua arah, face to face
dan sosialisasi, pemimpin meyakinkan bahwa organisasi harus berubah
·
Dengan cara Persuasi yaitu cara meyakinkan
orang dengan memberikan argumentasi-argumentasi yang jelas dan masuk akal
tentang perlunya restrukturisasi
Berbicara mengenai jebakan dalam kepemimpinan,
terdapat juga jebakan dalam pembuatan keputusan. Jebakan-jebakan tersebut
mempengaruhi pemimpin dalam membuat suatu keputusan. Jebakan yang dimaksud
yaitu :
A.
Jebakan yang menjerat para
pembuat keputusan
Kebiasaan pikiran yang
produktif harus mampu mendorong kekuatan dari penguasaan ilmu sebagai
informasi, pengetahuan sebagai keterampilan dari pengalaman dan keinginan
sebagai niat yang mampu mendorong untuk mengelola semua faktor jebakan-jebakan
yang kita utarakan diatas ( sebagai faktor internal dan eksternal). Sejalan dengan pemikiran diatas maka untuk
menghindari kesalahpahaman diantara pembuat keputusan berdasarkan budaya
perusahaan yang kuat akan menjadi pendorong untuk melakukan sumbang saran dalam
proses membuat keputusan.
Pembuat
keputusan akan keluar dari jebakan-jebakan yang mendorong akan ketidak
keberhasilan menjadi satu kekuatan sebagai kebiasaan berpikir positip dalam
menuntun sikap dan perilaku dari sifat yang reaktif menjadi proaktif dalam
rangka menghindari kesalahan besar dan jebakan yang mengarah pada kegagalan total
melalui kesiapan untuk melakukan perubahan yang sejalan dengan pentingnya
pemikiran atas pola pikir baru dalam membuat keputusan.
B.
Jebakan dalam tekanan sosial
politik
Kepentingan dan komitmen
haruslah terungkap dan diperlakukan sebagai keputusan yang sedang dilaksanakan, agar mampu keluar
dari jebakan menjadi satu kekuatan pola pikir untuk mendorong prospek
keberhasilan akan tercipta ketika stakeholders setuju pada kebutuhan untuk
bertindak dan melihat kepentingannya secara realistis. Sejalan dengan pikiran
diatas, diperlukan partisipasi semua pihak agar prospek keberhasilan menjadi
satu kenyataan yang didorong daya kemauan semua pihak bukan satu paksaan dari
organisasi.
Jadi
kekuatan kebiasaan berpikir produktif melalui kekuatan partisipasi dan
intervensi membutuhkan keterlibatan yang lebih dari pembuat keputusan, agar
tingkat keberhasilan lebih realistis untuk dicapai. Jadi sikap dan perilaku
dari pemain peran harus mampu mengelola kekuasan yang bertanggung jawab agar
wujud kepercayaan dari stakeholders menjadi satu kenyataan, sehingga memberikan
daya kemauan yang kuat untuk menjadi penuntun bagi pemain peran yang tidak
ingin melakukan perubahan.
C.
Jebakan dalam penyalahgunaan
evaluasi
Dengan
melaksanakan kekuatan evaluasi yang benar dan terarah akan mampu mendorong
kekuatan daya kemauan dalam keinginan dengan niat yang sesungguhnya, maka dalam
rangka mengidentifikasi rangkaian tindakan yang membawa keputusan yang berhasil
dengan kejelasan hasil yang diinginkan. Sejalan dengan pikiran diatas, maka jebakan dalam
menyalahgunakan evaluasi harus dihindarkan yang bersifat subjektif sehingga
kebiasaan dengan intuitif harus tidak dilakukan karena sifat tindakannya dalam
kerangka berpikir tidak sistimatis akan berdampak kecurigaan motif seseorang
berarti kecenderungan mengurangi kesempatan untuk berhasil dan sekaligus akan
memberikan gambaran resiko dari ketidakkepastian tentang kondisi masa depan.
Dengan
demikian evaluasi berlandaskan analisis sistimatis membutuhkan data dan
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang mampu memberikan tingkat
resiko yang dihadapi dengan pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan serta
tingkat resik minimal atau yang paling potensial memberikan hasil dapat
diindentifik
D.
Jebakan etika
Wujud
etika akan sejalan dengan budaya perusahaan yang kuat sehingga nilai kejujuran
dan keadilan menjadi tuntunan, sebaliknya etika yang salah akan melahirkan
oposisi yang dipersiapkan sehingga berdampak menghabiskan energi dan
keterlambatan. Oleh karena itu, tanpa mengedepankan etika oleh motif maunya sendiri
dan merasa benar sendiri mendorong pemain peran itu sendiri berbuah sikap mau
menang sendiri menjadi kebiasaan menipu diri sendiri, maka disitulah letak
jebakan yang tidak dapat dihindari.
Dengan
begitu jebakan etika tercipta yang didorong ketidakinginan untuk mengakui bahwa
etika telah ditunda oleh tindakan di mana ada benih ketidaksepadanan dari siapa
membayar, mendapat manfaat dan memutuskan. Sejalan dengan pikiran diatas, maka
jebakan etika dapat dihindari dengan membuat rasionalitas etika berdiri sejajar dengan
rasionalitas logika, ekonomi dan politis dalam pembuatan keputusan.
E.
Jebakan ketidakmampuan dalam
inovasi
Keterbatasan
wawasan dan imajinasi dari pemain peran membatasi kereatifitas individu dan
atau kelompok yang mndorong ketidakmampuan dalam inovasi oleh organisasi, untuk
mengubah itu berikan cukup waktu dan uang untuk memungkinkan pencarian secari
hati-hati. Oleh karena itu, dalam pencaharian kelihatan gagasan itu bagus,
diperlukan juga kemampuan mengungkapkan alternatif-alternatif tetapi tidak
secara prematur untuk menghentikan pencaharian.
Bertolak
dari pemikiran diatas, maka untuk menghindari jebakan dalam inovasi karena
ketidakmampuan dari pemain peran diperlukan pemikiran untuk mengembangkan lebih
dari satu pilihan, sehingga lebih mudah untuk mempertahankan serangkaian
tindakan yang lebih disukai.
Dengan demikian gunakan inovasi untuk mengungkapkan paling
sedikit salah satu gagasan yang akan diberikan pertimbangan serius, sehingga
kelompok proses dan persfektif terlibat lebih wajar untuk mengungkap gagasan
inovatif
F.
Jebakan dalam petunjuk yang menyesatkan
Hindarilah mengungkapkan
sesuatu gagasan yang ditafsirkan sebagai petunjuk, yang dapat mendorong orang
tertarik atas gagasan tersebut sehingga menimbulan pandangan yang dapat
menerima dan atau menolak. Jadi dalam pikiran haruslah gagasan tidak perlu
diungkapkan agar rumusan petunjuk yang akan dirumuskan menjadi hasil yang
diinginkan. Dengan pikiran diatas, jangan melakukan analisis persoalan tapi lebih
memberikan fokus langsung menuju ke sasaran, sehingga mendorong membuat
keputusan menjadi lebih efektif yang mampu membatasi kebiasaan pikiran yang
stereotif dan atau bertindak tradisional.
Gunakan sasaran
yang membuat cakupan lebih sempit dan lebih luas dibanding sasaran utama untuk
mengembangkan jajak pilihan, dengan begitu membuka celah untuk menjelaskan
sederet tindakan yang dibutuhkan agar efektif sehingga tidak dibayangkan ada
hal-hal yang tersembunyi. Jadi buatlah panduan atas seluruh upaya dengan
sasaran yang paling luas di mana orang akan menerima.
G.
Jebakan yang gagal mengarahkan
upaya dengan tuntutan yang disepakati
Dengan
kebiasaan pikiran yang produktif, maka jebakan yang gagal mengarahkan upaya
dengan tuntutan yang disepakati dapat dihindari melalui kemampuan pembuat
keputusan dalam menemukan dari para pemegang kepentingan dengan butir sudut
pandang yang beda-beda dan mintalah dari masing-masig pihak kedalam satu daftar
tuntutan, kekhawatiran dan pertimbangan yang mendorong mereka sebelum memilih
bentuk tindakan. Oleh karena itu selesaikan kontradiksi bila terjadi atas tuntutan yang
ditawarkan dengan meneliti kekhawatiran dan pertimbangan yang penting, dengan
begitu diharapkan mampu lebih mendalam membuat diagnosis atas tuntutan yang
menyebabkan terjadi konflik.
H.
Jebakan dalam pembelajaran
Sesuatu
ganjar buruk mendorong orang untuk mengambil langkah bertahan, sehingga
pembelaan diri memberikan keterangan yang tidak benar mengenai hasil dan acara.
Bila ada keterangan yang disembunyikan berarti ada hal-hal yang tidak
terbahaskan Oleh karena itu, untk mnghapus ganjar buruk diperlukan penyeledikan
kebelakang yang kita sebut dengan pengumpulan data. Dengan orang diberi suatu
data dimungkinkan untuk menyangkal dan mengubah data itu dan menawarkan data
mereka sendiri untuk menmukan bahwa data yang disepakati semua orang adalah
reevan sehingga menjadikan kesimpulan gabungan menggantikan kepentingan
individu menjadi dengan kepentingan bersama.
Sejalan
dengan pemikiran diatas, haruslah mampu untuk menghindari jebakan dalam
pembelajaran karen bisa saja terjadi seprti peristiwa yang tidak terduga
memungkinkan keputusan yang bagus mengarah ke hasil yang buruk dan atau
sebaliknya. Atau dengan kata lain dapat juga dikatakan keuntungan yang di
sangka-sangka dapat pula salah dibaca untuk menyimpulkan bahwa praktik yang
baik digunakan, sehingga nasib buruk dapat digunakan, sehingga nasib buruk
dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa praktik yang buruk dilakukan.
Jadi dapat mengarah ke salah penilaian nilai dari praktik pembuatan keputusan.
Peran seorang pemimpin sangatlah
luas dan berat. Pemimpin harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi,
mengembangkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memerhatikan
kepentingan orang lain. Untuk itu sebaiknya mampu melakukan hal-hal seperti
berikut:
1.
Menciptakan Hubungan Kerja Efektif
Hubungan
kerja yang efektif akan membangkitkan iklim pemberdayaan. Untuk itu, seorang
pemimpin diharapkan dapat menunjukkan perilaku terhadap bawahannya dengan cara
berikut:
a)
Menghargai Mereka
Hal
ini berarti menghargai mereka atas kualitas spesifik yang mencerminkan
individualitas mereka. Menghargai bukanlah masalah persahabatan atau sifat
saling suka atau tidak suka. Orang harus dapat menghargai seseorang yang tidak
disukai atau bersahabat dengan seseorang yang tidak kita hargai.
b)
Menunjukkan Empati
Empati
adalah membiarkan orang lain tahu bahwa kita dapat melihat sesuatu dari sudut
pandang mereka sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas atas masalah
atau isu dari kerangka referensi mereka sendiri.
c)
Bersikap Tulus
Hal
ini berarti menjadi diri sendiri dan bersikap jujur atas perasaan dan pendapat.
Bersangkutan pula dengan komunikasi dengan orang lain bahwa pemimpin terbuka
terhadap gagasan baru dan bersedia membantu. Hubungan baik antara pemimpin dan
bawahan akan memberdayakan karena mendorong dan membuka komunikasi,memastikan
bahwa saran setiap orang didengarkan dan dipertimbangkan, dan membiarkan orang
mengakui setiap kekurangan pengalaman yang dimiliki. Pemimpin yang ingin
memberdayakn orang berusaha menciptakan hubungan dimana anggota tim merasa
dihargai, dimana mereka dapat menerima resiko dan mereka belajar percaya diri.
Mereka melakukan dengan menghargai apa yang dicapai anggota tim, menjadi
terbuka dan jujur, memiliki sikap positif, dan mendorong orang
2.
Pergeseran Fungsi Manajemen
Di
dalam organisasi konvensional seorang manajer berada di puncak piramid, sedangkan
bawahannya berada di bawah pada posisi untuk mendukung eksistensinya. Sementara
itu, dalam iklim pemberdayaan yang terjadi adalah piramid terbalik. Pekerja
berada di atas,sedangkan manajer berada di bawah. Hal tersebut mengandung makna bahwa manajer
bekerja untuk mendorong dan memenuhi kepentingan anak buahnya.
3.
Memimpin Dengan Contoh
Pemimpin
juga harus dapat menjadi model peran bagi orang yang harus diberdayakan. Hal
yang harus dilakukan adalah menyampaikan pesan secara jelas kepada orang di
sekitar kita. Kita yakin apa pun yang kita katakan dan kita lakukan akan
dicatat dan dipertimbangkan oleh orang yang bertanggung jawab kepada kita.
Terdapat beberapa cara bagi pemimpin untuk menunjukkan contoh baik bagi timnya.
Apa pun yang diputuskan, penting membentuk model perilaku yang diinginkan untuk
di contoh orang lain (Smith,2000:38). Smith memberikan beberapa contoh berikut:
a)
Jika pemimpin ingin mereka
melakukan apa yang mereka katakan,ia harus membuktikan bahwa dirinya dapat
dipercaya.
b)
Jika pemimpin menginginkan mereka
inovatif, ia harus bersiap untuk menerima resiko atas inovasi yang mereka
lakukan.
c)
Jika pemimpin ingin orang lain
melakukan ekstra usaha,ia harus mendorong diri sendiri bekerja lebih keras.
d)
Jika pemimpin ingin mereka
terbuka,ia harus jujur dan tulus kepada mereka sehingga mendapat kesan tidak
ada yang disembunyikan.
e)
Jika pemimpin ingin mereka saling
mempercayai, ia harus mempercayai mereka.
f)
Jika pemimpin ingin mereka
menunjukkan keajaiban, ia harus melengkapi mereka dengan visi masa depan yang
positif,menggairahkan dan memberikan inspirasi.
4.
Memengaruhi Orang lain
Dalam
peranan kita sebagai empowering manager perlu memengaruhi berbagai orang, yaitu
kolega kita, orang yang bertanggung jawab kepada kita, line manager, bahkan
mungkin direksi jika di sektor publik atau organisasi sosial. Pemimpin dapat
mengubah sikap orang atau pola perilaku mereka. Pemimpin perlu memahami kapan
memengaruhi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus
dipergunakan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi semacam
itu.
5.
Mengembangkan Team Work
Kecenderungan
perkembangan organisasi di masa depan adalah berkembangnya bentuk Team Based
Organization. Pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi yang terdapat dalam
tim-tim tersebut. Di sisi lain, perlu dikembangkan komunikasi yang efektif,
baik yang sifatnya vertikal maupun horisontal. Dengan komunikasi dan saling
memberi informasi, akan tumbuh saling kepercayaan sebagai dasar bagi
berkembangnya team work di antara anggota organisasi.
6.
Melibatkan Bawahan dalam Pengambilan Keputusan
Proses
pengambilan keputusan dalam manajemen konvensional lebih didominasi oleh pemimpin
berdasarkan kewenangan yang dimiliki. Proses pengambilan keputusan lebih bersifat
top-down. Peran bawahan hanya sekadar menjalankan perintah atasan. Kondisi
demikian tidak menumbuhkan kreativitas dan motivasi bawahan yang sangat
diperlukan. Di dalam iklim pemberdayaan, pimpinan mendelegasikan sebagian
kewenangan yang dimiliki kepada bawahan. Pimpinan sebelum mengambil sebuah
keputusan mendengarkan pendapat orang lain yang akan terlibat dalam pelaksanaan
keputusan. Tumbuhnya perasaan dilibatkan dalam pengambilan keputusan tersebut
akan menumbuhkan rasa memiliki dan turut bertanggung jawab atas keputusan yang
dikeluarkan.
7.
Menjadikan Pemberdayaan Sebagai Way of Life
Dengan
menjadikan pemberdayaan berlangsung secara alamiah di dalam organisasi, akan
tercipta suatu keadaan di mana tim yang dibentuk menjadi lebih bahagia dan
termotivasi. Iklim kerja menjadi lebih terbuka dan santai, hambatan yangterjadi
antara berbagai kelompok akan dapat dipecahkan karena terjadi komunikasi
internal yang lebih baik.
8.
Membangun Komitmen
Pemberdayaan
merupakan suatu proses yang dapat dimulai dalam iklim dimana terdapat harapan
yang tinggi, dimana setiap orang merasa dihormati dan dihargai dan di mana
orang bersedia memberikan yang terbaik yang dimiliki. Tanpa dukungan atasan,
perubahan yang diperlukan akan sulit dilakukan. Dukungan yang diberikan
pimpinan menjadi kurang berarti apabila tidak disambut secara antusiasoleh
karyawan. Oleh karena itu, pemberdayaan sebagai bagian dari perubahan
memerlukan komitmen segenap stakeholder yang terlibat dalam proses pemberdayaan
dan perubahan. Tanpa komitmen, tidak mungkin dapat mencapai hasil yang
diharapkan.