Kepemimpinan

KEPEMIMPINAN
1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja"  dengan praktik seperti pemagangan  pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.  Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.  Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

1.2 Teori Munculnya Pemimpin/ Kepemimpinan
Bagaimana seseorang bisa menjadi pemimpin? Berikut ini adalah beberapa teori tentang munculnya seorang pemimpin:
Teori Genetis (Hereditary Theory)  : Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pelbagai pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup di kalangan kaum bangsawan. Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogya saja. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya. Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat ketidak-mampuan tersebut.

Teori Kejiwaan(Social Theory): Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.
Teori Ekologis (Ecologic Theory) : Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori kejiwaan/ sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Kalau teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/ sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.
Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan” sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead timbulnya seorang pemimpin itu karena:
1. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader)
2.Dipilih oleh golongan. Ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
3. Ditunjuk dari atas. Ia menjadi pemimpin karena dipercayai dan disetujui oleh pihak atasan.
Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.

1.3 Teori-Teori Kepemimpinan
Teori Sifat : Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter. a tas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.
Teori lingkungan : Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
Teori personal situasional : Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
Teori Interaksi Harapan : Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
Teori Humanistic : Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
Teori pertukaran : Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
1.4 Tipologi Kepemimpinan
Tipologi kepemimpinan merupakan tipe-tipe kepemimpinan lain yang ada disekitar kita, berikut adalah tipe kepemimpinan menurut (Siagian,1997)  :
A. Tipe Otokratis
·         Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
·         Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
·         Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
·         Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat .
·         Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
·        Dalam menggerakan bawahannya sering menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
B.  Tipe Demokratis
·        Tidak berfikiran bahwa pemimpin adalah manusia mulia yang harus dihormati dan sebagainya.
·        Menyingkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahannya.
·         Senang menerima saran dan kritik.
·         Mengedepankan kerjasama atau teamwork.
·        Memberikan kebebasan bawahannya untuk melakukan kesalahan dan kesempatan untuk bawahannya memperbaiki kesalahannya tersebut dengan kebijakan tertentu.
·         Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses.
·         Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
C.  Tipe Militeris
·         Menggunakan perintah dalam menggerakan bawahannya.
·         Senang menggunakan jabatan dan pangkat dalam memberikan perintah.
·         Menuntut displin yang tinggi dan melebih-lebihkan formalitas.
·         Sukar menerima kritikan.
·         Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
D. Tipe Paternalistis
·         Menganggap bawahannya tidak dewasa.
·         Bersikap terlalu melindungi.
·        Jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreasinya.
·         Sering bersikap sok tahu yang berlebihan.
E. Tipe Karismatik
Tipe kepemimpinan ini tidak dapat dijelaskan secara nyata karena pemimpin yang disukai karena karismanya cenderung tidak memiliki patokan khusus dalam mencirikan apa yang disukai dari sifat kepemimpinan dengan tipe ini. Karisma seorang pemimpin  biasanya tercipta secara alami dari sikap pribadi pemimpin tersebut.
Dari kesemua tipe kepemimpinan di atas hendaknya setiap pemimpin berusaha untuk menjadi pemimpin dengan tipe demokratis, karena tipe kepemimpinan seperti inilah yang cocok untuk masa modern seperti saat ini.

1.5 Pemimpin Versus Manajer
Diskursus tentang perbedaan pemimpin (leader) dan manajer memang tidak ada habisnya.  Salah satu sebabnya adalah satu peran tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa keberadaan peran lain.  Pemimpin yang tidak bisa mengelola (to manage) akan gagal dalam kepemimpinannya, sementara manajer yang tidak bisa memimpin (to lead) akan gagal dalam aktivitas manajerialnya.  Namun sesungguhnya pemimpin (leader) dan manajer merupakan dua konsep yang berbeda dan terdapat perbedaan diantara keduanya. 
Pemimpin (leader) adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan personality atau authority (berwibawa).  Ia disegani dan berwibawa terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan serta didukung perilakunnya yang baik.  Pemimpin (leader) dapat memimpin organisasi formal maupun informal, dan menjadi panutan bagi bawahan (pengikut)nya.  Biasanya tipe kepemimpinannya adalah “partisipatif leader” dan falsafah kepemimpinannya adalah “pimpinan untuk bawahan”.
Sedangkan manajer juga merupakan seorang pemimpin, yang dalam praktek kepemimpinannya hanya berdasarkan “kekuasaan atau authority formalnya” saja.  Bawahan atau karyawan atau staf menuruti perintah-perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh manajer tersebut.  Manajer biasanya hanya dapat memimpin organisasi formal saja dan tipe kepemimpinannya ialah “autocratis leader” dengan falsafahnya ialah bahwa “bawahan adalah untuk pemimpin”.   
Pemimpin dan manajer merupakan salah satu intisari, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan.  Bagaimana kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin atau manajer dalam menjalankan wewenangnya akan sangat menentukan apakah tujuan organisasi atau perusahaan tersebut dapat tercapai atau tidak.  Hal yang perlu di tekankan adalah bahwa tidak selamanya manajer buruk dan pemimpin adalah baik.  Perlunya kombinasi dan campuran yang tepat di antara keduanya, sangat dibutuhkan dalam organisasi, pada berbagai tingkat jabatan yang berbeda-beda.  Sehingga organisasi yang tengah dijalani dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.


1.6 Peran Pemimpin
Kepemimpinan bersifat kreatif, adaptif, dan berhubungan dengan ketangkasan. Kepemimpinan melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya di permukaan dan di dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin dalam organisasi, yakni:
·        Menciptakan Visi
Seorang pemimpin bertugas membuat visi bagi organisasinya. Visi adalah pernyataan tentang cita-cita organisasi—apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti apa sebuah organisasi. Visi harus bisa menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin dan timnya dalam menghadapi tantangan perusahaan.
·        Membangun Tim
Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi yang tepat. Agar tidak sampai salah memilih anggota tim, tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu untuk mewawancarai calon karyawan yang akan direkrutnya.

·        Mengalokasikan Tugas
Pemimpin yang baik mengenal anak buahnya dengan baik. Dia dapat menganalisa anggota timnya dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya. Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggota timnya sesuai dengan keahlian dan passion mereka masing-masing.
·        Mengembangkan Orang
Jaman telah berubah. Dulu, banyak orang yang setia bekerja di satu tempat untuk waktu yang lama. Tetapi sekarang, banyak orang tidak ragu untuk berpindah-pindah tempat kerja karena merasa tidak bisa berkembang di suatu tempat. Mereka ingin belajar dan menjadi lebih pintar. Seorang pemimpin harus memahami hal tersebut. Ia harus bisa membaca potensi orang-orang yang dipimpinnya, serta mengembangkan kemampuan dan valuemereka.
·        Memotivasi Anak Buah
Tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang sehat. Untuk menjaga semangat tim, pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Tim yang bahagia dan bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan organisasi.

1.7 Pemimpin Yang Efektif
Pengembangan lebih lanjut dari teori kepemimpinan transformasional adalah oleh Hooper dan Potter (1997) yang mengidentifikasi 7 kompetensi inti dari ‘transcendent leaders”; yaitu pemimpin yang mampu mengikat dukungan emosi dari para pengikutnya dan mampu dengan efektif melakukan perubahan yang transenden (Bolden et al., 2003): Menentukan tujuan, Memberikan contoh, Komunikasi, Melakukan harmonisasi, Mengeluarkan kemampuan terbaik dari pengikutnya, Menjadi agen perubahan, Memberikan keputusan di saat kritis dan kebingungan. Hamlin (2002) dalam Bolden et al,. 2003 mengajukan model generik untuk manajer dan kepemimpinan yang efektif berdasarkan analisa meta dari perilaku kepemimpinan dan manajemen di 4 organisasi sector publik di UK; yang dibedakan menjadi indikator-indikator positif dan negatif:
Indikator Positif:
  • Kemampuan berorganisasi yang efektif dan manajemen perencanaan/proaktif
  • Kepemimpinan yang partisipatif dan supportif, kepemimpinan tim yang proaktif
  • Empowerment dan delegasi
  • Memperhatikan keadaan anggotanya dan kebutuhan serta perkembangan stafnya
  • Manajemen pendekatan terbuka dan  personal/ pengambilan keputusan bersama
  • Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan semua pihak / selalu menginformasikan keadaan ke segala pihak
Indikator Negatif:
  • Tidak memperhatikan pendapat sekitar / gaya manajemen otokratik yang tidak efektif
  • Tidak memperhatikan orang lain, tidak melayani, berperilaku mengintimidasi
  • Mentolerir kinerja yang buruk dan standar yang rendah / mengacuhkan dan menghindari
  • Menyerahkan peran dan tanggungjawabnya ke orang lain
  • Menolak ide-ide baru




1.8 Faktor yang mempengaruhi fungsi kepemimpinan
Ada empat faktor yang mempengaruhi fungsi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
  • Kemampuan untuk melibatkan orang lain dan menarik partisipasi mereka, untuk membagi kekuasaan serta kontrol
  • Memiliki keterampilan baru dalam menganalisis asumsi kultural, mengidentifikasi asumsi fungsional dan disfungsional
  • Menjadi contoh dan motivator bagi pengikutnya.
  • Dapat menjadi mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam , terutama dalam menangani situasi konflik

1.9 Isu-isu kontemporer dalam kepemimpinan dan implikasi manajerial dalam

Isu-isu kontemporer dalam kepemimpinan
Kepemimpinan Autentik : Etika Dan Kepercayaan Adalah Fondasi Kepemimpinan Kepemimpinan Autentik dimanan pemimpin yang mengenal betul diri mereka , sangat memahami keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya, serta bertindak berdasarkan niali dan keyakinan tersebut secara terbuka dan jujur. Para pengikutnya akan memandang mereka sebagai orang yang etis.
Apa Yang Dimaksud Kepercayaan?
Kepercayaan Merupakan suatu ekspektasi positif bahwa orang lain tidak akan bertindak secara oportunistik. Dimensi kepercayaan ada 4, yaitu kompetensi, konsistensi, kesetiaan, keterbukaan.
Tiga Jenis Kepercayaan
a )    kepercayaan berbasis pencegahan
kepercayaan yang didasarkan pada ketakutan akan adanya pembalasan dendam bila kepercayaan dikhianati.
b )    Kepercayaan berbasis pengetahuan
kepercayaan berdasarkan kemampuan untuk memprediksi perilaku yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi.
c )    kepercayaan berbasis identifikasi
kepercayaan berdasarkan pemahaman atas niat orang lain dan menghargai keinginan pihak lain.
Prinsip-prinsip dasar kepercayaan
o   ketidakpercayaan mengalahkan  kepercayaan
o   kepercayaan mewariskan kepercayaan
o   partum buhan sering kali menyembunyikan rasa tidak percaya
o   penurunan / perampingan merupakan ujian tertinggi tingkat kepercayaan
o   kepercayaan meningkatkan kekompakan
o   kelompok yang tidak memiliki rasa merusak
o   ketidakpercayaan umumnya menurunka produktivitas

Implikasi manajerial terhadap kepemimpinan
Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata implikasi mempunyai arti akibat. Sehingga akibat-akibat yang dilakukan oleh seseorang jiwa kepemimpinannya di dalam suatu organisasi buruk maka organisasi tersebut akan berjalan tersendat sendat akan tetapi jika jiwa kepemimpinannya baik tidak membeda bedakan akan anggota yang satu dengan yang lainnya maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik pula.
1.      Teori Manajerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
·         Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
·         Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
·         Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
·         Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
·         Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin.

2.      Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957). Teori ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan dan kemapuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan terentang dalam satu kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
·         Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah, dimana pemimpin yang berperan.
·         Selling (S2), perilaku dengan tigas tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
·         Participating (S3), yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
·         Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudahj matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.
·         Implikasi Partisipatif dan Teori Kepemimpinan Situasional Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.

Dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.

EXCITE.

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

Bagus Asta Iswara Putra, A.A Sagung Kartika Dewi Abstract The aim of this study was to examine the direct effect of job satisfaction ...