1.1 Hakekat Keputusan
Pengambilan
keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah Alternatif
yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat.
Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Berkaitan dengan teknik pengambilan keputusan, James A.F. Stoner dalam Imam (2009) menjelaskan bahwa secara umum pengertian pengambilan keputusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengertian ini mengandung lima hal esensi yaitu :
Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Berkaitan dengan teknik pengambilan keputusan, James A.F. Stoner dalam Imam (2009) menjelaskan bahwa secara umum pengertian pengambilan keputusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengertian ini mengandung lima hal esensi yaitu :
1.
dalam
proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan;
2.
pengambilan
keputusan tidak dapat dilakukan secara “sembrono” karena cara pendekatan kepada
pengambilan keputusan harus didasarkan atas kemampuan organisasi, tenaga kerja
yang tersedia, dan situasai lingkungan;
3.
bahwa
sebelum sesuatu masalah data dipecahkan dengan baik, hakekat daripada masalah
ini harus diketahui dengan jelas;
4.
pemecahan
masalah tidak dapat dilakukan melalui “ilham” atau dengan mengarang yang berdasarkan
data-data yang telah didapatkan;
5.
keputusan
yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai altrnatif yang ada
setelah dianalisis dengan matang.
1.2 Definisi Pengambilan Keputusan
dan Urgensinya
Definisi
pengambilan keputusan dan urgensinya
-
Pengambilan
keputusan muncul sebagai reaksi atas sebuah masalah (problems) karena ada
ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan.
-
Tetapi dalam
menetapkan sebuah masalah dan sebuah keputusan tergantung cara
menginterprestasikan misalnya : terjadinya
penurunan penjualan sebesar 2%, PT. A Menganggap bahwa prosentase penurunan
tersebut masih bisa diterima sehingga tidak perlu mengambil satu tindakan
tertentu, sedangkan PT.B menganggap
bahwa prosentase penurunan tersebut merupakan satu permasalahan yang serius
sehingga perlu ada tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut. Jenis
keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi :
1.
Keputusan terprogram, yaitu suatu keputusan yang
terstruktur dan berulang yang dapat ditangani dengan pendekatan rutin.
2.
Keputusan tidak terprogram, yaitu suatu keputusan
yang memerlukan suatu pemecahan yang dibuat sesuai kebutuhan
Definisi Masalah
Masalah
dan Kesempatan
1.
Masalah adalah
: suatu perbedaan antara keadaan pekerjaan yang ada dan keadaan
pekerjaan yang dikehendaki
2.
Kesempatan merupakan : suatu kondisi dimana kondisi
tersebut memberi kesempatan bagi organisasi untuk memanfaatkannya agar
diperoleh hasil melebihi dari hasil diharapkan.
Jenis
Masalah
1. Masalah yang
terstruktur dengan baik yaitu masalah – masalah yang bersifat lugas, tidak
asing dan mudah dirumuskan
2.
Masalah yang tidak terstruktur dengan baik
yaitu masalah –masalah baru yang informasinya bersifat ambigu atau tidak
lengkap
Faktor
yang berpengaruh
dalam pengambilan keputusan
dalam pengambilan keputusan
1.
Kondisi Kepastian adalah suatu kondisi dimana
pengambil keputusan mempunyai informasi
sepenuhnya tentang masalah yang dihadapi, alternatif – alternatif pemecahan
masalah yang tepat karena hasil – hasil
dari setiap alternatif – alternatif pemecahan tersebut telah diketahui.
2.
Resiko adalah
suatu kondisi yang dapat diidentifikasi, diprediksi kemungkinan terjadi dan
kemungkinan – kemungkinan dari setiap pemecahan yang sesuai dengan hasil yang
diinginkan atau dicapai
3.
Ketidakpastian adalah suatu kondisi dimana
pengambil keputusan tidak memiliki kepastian atau tidak dapat menentukan
sesuatu yang subyektif kedalam kemungkinan yang bersifat obyektif
1.3 Proses Pengambilan Keputusan
Dan Elemen Dasarnya
Elemen-elemen
dasarnya :
1.
Model
Rasional
-
Rasional
adalah Membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai, dalam batasan –
batasan tertentu
-
Batasan –
batasan tertentu adalah (1) kejelasan masalah, (2) Pilihan – pilihan yang
diketahui (3) Pilihan – pilihan yang jelas (4) Pilihan – pilihan yang
konsisten (5) tidak ada batasan waktu
dan biaya (6) Hasil Maksimum
-
Keputusan
yang rasional adalah model pembuatan
keputusan yang mendeskripsikan, bagaimana individu seharusnya berprilaku ?
untuk memaksimalkan hasil
Ada 6 langkah prilaku individu untuk memaksimalkan hasil
dengan model rasional:
Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan Masalah
Untuk
mendefinisikan masalah harus secara jelas karena
seringkali terjadi kesalahan dalam hal ini seperti masalah
tidak terlihat atau tidak terdefinisikan secara jelas maka manajer perlu membedakan masalah dengan gejala yang tampak.
1.
Mengidentifikasikan kreteria keputusan
Artinya Mengembangkan
Alternatif Pemecahan masalah secara kreatif,
walaupun ada batasan ( constraint) sehingga pengembil keputusan dapat
menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan
2. Menimbang Kreteria yang telah diidentifikasi sebelumnya
artinya melakukan evaluasi dan memilih alternatif terbaik
melalui serangkaian kreteria. Misalnya dengan menggunakan
sistem “skoring”
3. Membuat
berbagai alternatif
Artinya setelah melalui
berbagai pertimbangan tadi maka diambil satu keputusan misalnya Alternatif yang diambil adalah alternatif dengan “skor” paling tinggi untuk
setiap kreterianya merupakan alternatif terbaik.
4. Implementasi
Hal ini merupakan tahapan yang paling sulit dalam proses pengambilan
keputusan
5. Follow Up dan
Evaluasi
Monitor
dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan keputusan mengenai sasaran
atau tujuan yang dituju
2.
Model
Kreativitas
-
Kreativitas
adalah kemampuan menciptakan ide – ide baru dan bermanfaat.
-
Tujuannya
adalah membantu mengidentifikasikan dan memahami masalah yang belum jelas
-
Ada 3 komponen model kreativitas :
1.
Keahlian
yaitu dasar
untuk setiap pekerjaan kreatif yang bisa
diperoleh dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan dan potensi diri. Misalnya
untuk menjadi seorang ahli maka individu
tersebut harus memiliki pengetahuan yang
luas tentang keahliannya tersebut
2.
Keterampilan
– keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif
yaitu karakteristik pribadi yang
berhubungan dengan krativitas serta kemampuan untuk menggunakan analogi serta
bakat untuk melihat sesuatu yang lazim dari sudut padang yang berbeda. Misalnya
seorang peneliti akan menjadi lebih kreatif jika berada dalam suasana hati yang
baik, jadi untuk mendapatkan hal tersebut banyak hal yang menyenangkan bisa
dilakukan seperti mendegarkan musik, makan makanan favorit atau bersosialisasi
dengan individu yang lain.
3.
Motivasi
Tugas Intrinsik
yaitu keinginan untuk mengerjakan sesuatu karena adanya dorongan dalam
diri individu dan pengaruh dari lingkungan kerja. misalnya hal tersebut
dilakukan karena manarik, rumit, mengasyikkan, memuaskan atau menantang secara
pribadi. Serta lingkungan kerja memberikan support dalam bentuk konstruktif
seperti memberikan penghargaan dan pengakuan atas kreatifitas individu.
3.
Model Intuisi
/firasat
Yaitu Sebuah
proses tidak sadar sebagai hasil dari pengalaman yang disaring atau kekuatan
yang muncul dengan cepat tanpa
intervensi dari berbagai proses yang masuk akal /sadar. Contoh pada saat bawahan anda memberikan
laporan anda merasa bahwa ada ketidaksesuaian dalam laporan tersebut
Pada kondisi bagaimana individu cenderung menggunakan intuitifnya
1.
Ketika
terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi
2.
Ketika hanya
sedikit teladan yang bisa digunakan
3.
Ketika
variabel – variabelnya kurang bisa diprediksi secara ilmiah
4.
Ketika fakta
– fakta dibatasi
5.
Ketika fakta
– fakta tersebut tidak menunjukan titik terang
6.
Ketika hanya
sedikit menggunakan data analitis
7.
Ketika
terdapat beberapa solusi alternatif masuk akal yang bisa dipilih
8.
Ketika waktu
sangat terbatas
9.
Ketika adanya
tekanan untuk membuat keputusan yang tepat
1.4 Tipologi Pengambilan Keputusan
Manajerial
Ada
beberapa tipologi tipologi keputusan manajerial yang sering kali kita temukan
dalam gaya seorang pemimpin :
1. Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan yang selalu memaksakan kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan kekerasan, namun kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi. Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian.
2. Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung selalu menggunakan musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil sikap dalam setiap tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran liberal-moderat.
3. Gaya para Nabi yaitu gaya kepemimpinan yang kharismatik dengan menggunakan jalan kemanusiaan, dalam arti lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, dibanding dengan kepentingan pragmatis. Gaya ini cenderung mengikuti aliran humanistik-teologis.
Dari beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami bangunan epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin.
Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami pula bahwa tidak saya maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan ideologis maupun epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.
1. Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan yang selalu memaksakan kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan kekerasan, namun kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi. Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian.
2. Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung selalu menggunakan musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil sikap dalam setiap tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran liberal-moderat.
3. Gaya para Nabi yaitu gaya kepemimpinan yang kharismatik dengan menggunakan jalan kemanusiaan, dalam arti lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, dibanding dengan kepentingan pragmatis. Gaya ini cenderung mengikuti aliran humanistik-teologis.
Dari beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami bangunan epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin.
Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami pula bahwa tidak saya maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan ideologis maupun epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.
1.5 Jenis Keputusan Terkait Masalah
Yang dihadapi
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan
yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif
dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan
keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan
intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan
yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan
yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal
masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui
saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang
berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta
yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan
data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan,
data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering
kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah
kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah
terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut
sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian
dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak
sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan
yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain :
banyak diterimanya
oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang
yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang
berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Dalam Pengambilan Keputusan
Menurut
Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
sebagai berikut:
1. hal-hal yang berwujud maupun tidak
berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan;
2. setiap keputusan nantinya harus
dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan janganlah
berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
4. jarang sekali ada 1 pilihan yang
memuaskan;
5. pengambilan keputusan merupakan
tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi
tindakan fisik;
6. pengambilan keputusan yang efektif
membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. diperlukan pengambilan keputusan
yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan hendaknya
dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9. setiap keputusan itu merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain
yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami
pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan
menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap.
Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan
orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai
konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan
individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan
kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan
sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi
tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial,
ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
1.7 Pengambilan Keputusan Kelompok
1. Pengertian keputusan
Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai tindakan
memilih di antara beberapa kemungkinan. Pengambilan keputusan adalah suatu
proses lebih pelik dari sekedar memilih di antara beberapa kemungkinan.
Banyak
perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan keputusan secara
individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan waktu lebih lama
untuk mencapai keputusan, tetapi dengan pengambilan keputusan kelompok dapat
mengikut-sertakan spesialis dan ahli akan menguntungkan karena interaksi di
antara mereka akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. Pada kenyataannya,
banyak para peneliti menyatakan bahwa keputusan konsensus dengan lima atau
lebih peserta akan lebih baik, karena akan mendapatkan pengumpulan suara
terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.
Keputusan
tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh kelompok, seperri
Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok.
2. Hal yang harus di perhatikan proses kelompok dalam membuat keputusan tak
terprogram
Hal-hal
berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak
terprogram, yaitu:
1. Penetapan tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan
individu sebab kelompok memiliki pengetahuan lebih banyak dibandingkan
individu.
2. Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari
anggota kelompok akan merangsang pencarian lebih luas diberbagai area
fungsional di organisasi.
3. Evaluasi alternatif: pertimbangan kolektif dari
kelompok dengan berbagai sudut pandang lebih unggul dibanding individu.
4. Memilih alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian
konsensus biasanya menghasilkan penerimaan resiko lebih besar dibanding
individu. Keputusan kelompok juga biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil
dari partisipasi bersama.
5. Implementasi
keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian biasanya
dilakukan oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk
implementasi keputusan kelompok.
1.8 Implikasi Manajerial Dalam
Pengambilan Keputusan
1.Gaya
pengambilan keputusan
2.Gaya Direktif (Pengarahan)
adalah Suatu gaya pengambilan keputusan dengan ambiguitas/ketidakjelasan yang rendah dan cara berpikirnya yang rasional
3.Gaya Analitis
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas/ketidakjelasan dan cara berpikirnya rasional
4.Gaya Konseptual
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi untuk ambiquitas ketidakjelasan dan cara berpikir intuitif yang tinggi juga
5. Gaya Perilaku
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang rendah untuk ambiquitas/ketidakjelasan dengan cara berpikir intuitif yang tinggi
2.Gaya Direktif (Pengarahan)
adalah Suatu gaya pengambilan keputusan dengan ambiguitas/ketidakjelasan yang rendah dan cara berpikirnya yang rasional
3.Gaya Analitis
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas/ketidakjelasan dan cara berpikirnya rasional
4.Gaya Konseptual
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi untuk ambiquitas ketidakjelasan dan cara berpikir intuitif yang tinggi juga
5. Gaya Perilaku
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang rendah untuk ambiquitas/ketidakjelasan dengan cara berpikir intuitif yang tinggi
referensinya bos
ReplyDelete