I.
Latar Belakang
Adapun alasan yang merupakan latar belakang
kami adalah agar para mahasiswa dapat mengetahui mengenai Pemasaran, baik itu
pengertian, konsep-konsep, lingkungan pemasaran, cara menetapkan harga suatu
barang, maupun sistem sistem pemasaran yang ada, sebab melihat bahwa pemasaran
suatu barang merupakan hal yang penting dalam menjual suatu produk barang
maupun jasa.
II.
Pembahasan Masalah
Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial
Jadi tugas manajer pemasaran disini ialah
memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Pengertian dari Manajemen Pemasaran itu sendiri :
Manajemen Pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran (Target
Buyer) dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasinya.
Jad, manajemen pemasaran berusaha untuk
meempengaruhi tingkat pemilihan waktu dan sifat permintaan sedemikian rupa,
sehingga membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuan
Konsep-Konsep
Dalam Pemasaran
Kegiatan Pemasaran dalam suatu perusahaan
harus dorganisasikan secara terpadu serta memerlukan suatu pelaksanaan
manajemen pemasaran yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dan kesejahteraan
lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut, secara umum terdapat 5 konsep
pemasaran :
1. Konsep Produksi
Konsumen akan
menyukai produk yang tersedia selaras dengan kemampuannya. Oleh karna nya,
manajemen harus berupaya untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi.
2. Konsep Produk
Konsumen akan
menyukasi produk yang menawarkan kualitas dan prestasi terbaik serta
keistimewahan yang menonjol. Adapun pelaksanaan konse produk ini memerlukan
syarat :
a. Konsumen membeli produ tidak hanya sekedar
memenuhi kebutuhannya
b. Konsumen menaruh perhatian pada kualitas
produk
c. Konsumen mengetahui tinggi rendahnya kualitas
dan perbedaan dalam penampilan daantara berbagai merk barang lain yang sejenis
d. Konsumen bersedia membayar pada harga yang
layak sesuai dengan kualitas barang
3. Konsep Penjualan
Konsumen tidak
akan membeli cukup banyak produk, kecuali jika produsen mengupayakan promosi
dan penjualan yang agresif. Konsep ini memiliki dasar pikiran :
·
Tugas utama
produsen adalah mencapai volume penjualan yang setinggi-tingginya
·
Konsumen harus
didorong untuk membeli dengan berbagai cara peningkatan penjualan
·
Konsumen mungkin
akan melakukan pembelian lagi dan kalaupun tidak, masih ada konsumen yang lain
Konsep penjualan ini akan berhasil jika
dipenuhi kondisi sebagai berikut :
·
Pembeli
mengetahui bahwa kata-kata oenjual tidak sepenuhnya benar
·
Pembeli yang
kecewa atas produk dengan cepat melupakan kekecewaannya
·
Pembeli yang
kecewa tidak akan mengadu ke Lembaga Konsumen dan tidak memberitahukan
kekecewaannya kepada calon pembeli yang lain
·
Jumlah calon
pembeli cukup banyak, sehingga penjual tidak perlu menciptakan pelanggan
4. Konsep Pemasaran
Kunci
keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah terdiri dari penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, serta pemberian kepuasan yang diinginkan
secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaingnya.
Dasar pemikiran
dalam Konsep Pemasaran yaitu :
a. Pemuasan keingnan kelompok pembeli tertentu
adalah menjadi tugas perusahaan
b. Untuk memuaskan keinginan konsumen tersebut,
diperlukan program riset pemasaran agar dapat diketahui pola keinginan pembeli
c. Semua kegiatan untuk mempengaruhi pembeli
harus ditempatkan di bawah kontrol pemasaran yang terintegrasi
d. Kepuasan konsumen akan dapat menibulkan
loyalitas dan kesan baik dari pembeli
5. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan
Tugas perusahaan adalah menentukan
kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan
yang diinginkan dengan lebih baik daripada yang diberikan oleh pesaing-pesaing
perusahaan sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan dan mempertinggi
kesejahteraan masyarakat.
LINGKUNGAN
PEMASARAN
Lingkungan pemasaran suatu bisnis terdiri dari
para pelaku dan kekuatan yang berasal dari luar fungsi manajemenpemasaran
perusahaan yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk mengembangkan
dan mempertahankan transaksi yang sukses dengan para pelanggan sasaran.
Lingkungan yang mempengaruhi kinerja manajemen
perusahaan :
Kepuasan
Konsumen
Dalam jangka panjang, kepuasan konsumen
merupakan hal yang menguntungkan perusahaan. Kepuasan konsumen akan diperoleh
apabila perusahaan pandai dalam mengadakan penelitian konsumen serta menentukan
strategi pemasaran yang tepat.
Pasar
Pasar adalah orang orang yang mempunyai
kenginan untuk puas, mempunyai uang untuk berbelanja dan mempunyai kemauan
untuk membelanjakannya.
Segmentasi Pasar
·
Pembedaan produk
Terjadi apabila
terdapat suatu faktor yang dapat membedakan antara barang yang satu dengan
barang yang lain, sehingga selera konsumen akan berbeda
·
Segmentasi Pasar
Tindakan membagi suatu pasar yang
bersifat heterogen ke dalam satuan satuan pasar yang bersifat homogen
Jadi perusahaan dapat emusatkan kegiatan
pemasarannya pada segmen-segmen pasar yang dipilih. Masing-masing segmen
tersebut bersifat homogen. Syarat untuk mengadakan segmentasi pasar:
a. Dapat Diukur
Sejauh mana
besarnya pasar dan daya beli segmen ini dapat diukur. Variabel segmentasi
tertentu adalah susah diukur.
b. Dapat Terjangkau
Sampai sejauh
mana segmen ini dapat secara efektif dicapai dan dilayani
c. Besarnya
Sejauh mana
segmen ini cukup menguntungkan.
Sebuah segmen
haruslah kelompok homogen sebesar mungkin yang sejalan dengan program pemasaran
d. Dapat Dilaksanakan
Hal ini merupakan ukuran seberapa jauh
program-program yang efektif dapat dirancang untuk menarik segmen pasar
Strategi
Pemasaran
Masyarakat selaku konsumen pembeli perumahan tidak dengan begitu saja
membeli rumah tanpa mempunyai pertimbangan tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan seperti produk, harga, lokasi,
promosi (Kotler & Amstrong 1997). Selain itu, dalam sebuah proses
pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya
transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli
(post purchase behavior). Pada tahap ini konsumen akan merasakan tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku
berikutnya. Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal yang
baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain (Bayus
dalam Kotler et al. 1996).
Konsumen perumahan mewah selain membeli untuk tinggal, mereka juga
mengharapkan adanya pencapaian kepuasan (Property 2000). Oleh karena itu, di
dalam memasarkan perumahan mewah, para pengembang harus mampu menciptakan
kepuasan bagi para konsumennya.
Untuk mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para pengembang perlu
memiliki suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena
strategi pemasaran juga merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang
digunakan untuk melayani pasar sasaran (Tull & Kahle dalam Tjiptono 1997).
Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan
perumahan untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix
(bauran pemasaran) yang dapat meliputi product, price, promotion, dan physical
evidence (Pawitra 1993). Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran
pemasaran merupakan variabel-variabel yang diharapkan mampu menciptakan kepuasan
konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi
kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk.
Pembangunan perumahan untuk kelompok masyarakat menengah ke atas cenderung
dilakukan oleh para pengembang swasta, dimana mereka lebih menekankan pada
profit orientied. Untuk mencapai tujuan tersebut, penekanan pada daya tarik
bentuk rumah yang mereka bangun lebih diutamakan. Hal tersebut dilakukan dengan
menggunakan para konsultan pembangunan perumahan, sehingga perumahan yang mereka
bangun mampu menghasilkan bentuk yang menarik konsumen untuk membelinya.
Sedangkan beberapa hal seperti konstruksi, sarana jalan, saluran, dan
fasilitas-fasilitas umum yang seharusnya ada dalam kompleks perumahan yang
mereka bangun, cenderung diabaikan. Dengan demikian, ketidakpuasan konsumen
mungkin akan muncul setelah membeli rumah yang dipasarkan oleh para pengembang.
Bertitik tolak pada paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola
pemikiran yang berkembang dalam pembelian rumah di era sekarang ini, terutama
untuk rumah kelas menengah ke atas adalah bahwa rumah tidak hanya sebagai
tempat berlindung, namun juga berfungsi sebagai tempat tinggal yang nyaman,
sehat, bahkan estetika menjadi bahan pertimbangan mereka dalam pembelian rumah.
Dengan demikian, para pengembang harus mampu memberikan pelayanan yang optimal
untuk memberikan kepuasan pada konsumennya. Oleh karena itu, selain faktor
teknis, para pengembang perlu mengetahui dan mengerti mengenai prilaku konsumen
dalam memasarkan produknya. Karena dengan mempelajari perilaku konsumen para
pengembang akan banyak memperoleh informasi tentang keterlibatan konsumen
secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan sekaligus menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Engel,
Well, & Miniard 1994).
Pengertian pemasaran yang berkaitan dengan produk berupa real estate dan
property adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
akan rumah tinggal dan atau ruang usaha, dengan cara pengalihan hak atas produk
tersebut dari perusahaan kepada konsumen melalui proses pertukaran ( Santoso 2000).
Marketing mix (bauran pemasaran) merupakan seperangkat alat pemasaran yang
digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran (Kotler 1999). Secara
umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang
mengintegrasikan produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan
distribusi (place), dimana kesemuanya itu diarahkan untuk dapat menghasilkan
omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan
kepuasan pada para konsumen.
Sejalan dengan semakin kompetitifnya dunia bisnis, 4-P tersebut berkembang.
Pawitra (1993) menegaskan bauran pemasaran meliputi 7-P yaitu product, place,
price, promotion, participant, physical evidence dan process. Sedangkan
Payne (1993) menyatakan bauran pemasaran terdiri dari product, place, price,
promotion, people, processes dan provision of consumer service.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat meliputi produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat meliputi produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.
Sebuah proses
pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya
transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli
(terutama dalam pengambilan keputusan yang luas). Dalam tahap ini konsumen
merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi
perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang
yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain di
perusahaan yang sama di masa datang. Konsumen yang merasa puas cenderung akan
menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan
kepada orang lain. Oleh karena itu, pembeli yang puas merupakan iklan yang
terbaik (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Kotler (1999)
memandang kepuasan sebagai fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas
suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika
kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pembeli akan kecewa. Jika ia
sesuai harapan, pembeli akan puas dan jika ia melebihi harapan, pembeli akan
sangat puas. Perasaan konsumen setelah membeli produk akan membedakan apakah
mereka akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada orang lain.
Harapan
konsumen terbentuk berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan
sumber-sumber informasi lainnya. Apabila penjual melebih-lebihkan manfaat suatu
produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai (disconfirmed
expectation), yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan
antara harapan dan kinerja yang dihasilkan suatu produk, akan semakin besar
ketidakpuasan konsumen.
Konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda.
Berkaitan dengan hal ini, Singh dalam Tjiptono (1997) menyatakan ada tiga
kategori tanggapan atau komplain terhadap ketidakpuasan, yaitu :
a. Voice response
a. Voice response
Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan/atau
meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan. Bila pelanggan melakukan hal ini, maka perusahaan masih mungkin memperoleh
beberapa manfaat. Pertama, pelanggan memberikan kesempatan sekali lagi kepada
perusahaan untuk memuaskan mereka. Kedua, resiko publisitas buruk dapat
ditekan, baik publisitas dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, maupun
melalui koran/media massa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ketiga,
memberi masukan mengenai kekurangan pelayanan yang perlu diperbaiki perusahaan.
Melalui perbaikan (recovery), perusahaan dapat memelihara hubungan baik dan
loyalitas pelanggannya.
b. Private response
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega,
teman atau keluarganya mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan
yang bersangkutan, Umumnya tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat
besar bagi citra perusahaan.
c. Third-party response
Tindakan yang dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum;
mengadu lewat media massa (misalnya menulis di Surat Pembaca); atau secara
langsung mendatangi lembaga konsumen, instansi hukum, dan sebagainya. Tindakan
seperti ini sangat ditakuti oleh sebagian besar perusahaan yang tidak memiliki
prosedur penanganan keluhan yang baik. Kadangkala pelanggan lebih memilih
menyebarluaskan keluhannya kepada masyarakat luas, karena secara psikologis
lebih memuaskan. Lagipula mereka yakin akan mendapat tanggapan yang lebih cepat
dari perusahaan yang bersangkutan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu:
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu:
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
PENGERTIAN STRATEGI PEMASARAN
Jika kita menengok literatur asing, makna
yang terkandung pada konsep strategi pemasaran adalah sepadan maknanya dengan
konsep marketing strategy dalam bahasa Inggris. Kebanyakan para penulis
memaknai konsep tersebut dengan pernyataan yang agak meluas. Chang and Campo
(1980) melihat marketing strategy sebagai suatu isu sentral dan krusial dalam
fungsi pemasaran. Guiltiman dan Paul (1985) melihat strategi
pemasaran sebagai "a broad means of achieving given aims." Kotler (1976)
mengartikan strategi pemasaran sebagai "the grand design to achieve an
objective." McCarthy dkk. (1998,p.41) mendefinisikan marketing
strategy sebagai "the specification of target market and related
marketing mix." Rao dan Steckel (1995, p.3) menemukan
bahwa kebanyakan para menejer mendefinisikan strategi pemasaran sebagai "…the
way you go about accomplishing your objectives." Dan terakhir
pengertian yang lebih spesipik disampaikan oleh Zikmund dan D’Amico
(1989, p.669) yang menyatakan bahwa:
Marketing
strategy includes the identification and evaluation of opportunities, analysis
of market segments, selection of a target market or of target markets, and
planning an appropriate marketing mix.
Dari
beberapa pengertian strategi pemasaran yang dikemukakan oleh para penulis di
atas, didapat gambaran bahwa strategi pemasaran pada hakikatnya merupakan
serangkaian upaya yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Untuk
kepentingan kita dalam merancang strategi pemasaran, kita akan berpijak pada
pengertian strategi pemasaran yang disampaikan oleh William Zikmund dan Michael
D’Amico.
MENGEMBANGKAN
STRATEGI PEMASARAN
Menurut
McCarthy ddk (1998) setiap langkah yang dilakukan dalam mempormulasikan strtegi
pemasaran harus diorientasikan pada upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan merupakan kunci utama dari konsep pemasaran dan strategi
pemasaran. Ini berarti bahwa proses yang ditempuh oleh setiap pihak boleh jadi
bermacam-macam sesuai dengan kesanggupan dan karakteristik masing-masing tetapi
tujuan akhirnya tetap akan bermuara pada tercapainya kepuasan konsumen atau consumer
satisfaction.
Boone
and Kurt (1987) berargumentasi bahwa pengembangan a profitable marketing
strategy dimulai dari the identification of attractive opportunities
(mengidentifikasi peluang), kemudian defines the target market (tentukan pasar
sasaran) dimana perusahaan akan mencurahkan seluruh aktivitas pemasarannya
secara langsung. Pernytaan yang hampir sama, juga, dikemukakan oleh Zikmund dan
D’Amico (1989) yang menegaskan bahwa terdapat tiga langkah utama di dalam
pengembangan strategi pemasaran, yaitu:
identifying
and evaluating opportunities (mengidentifikasi dan menilai peluang).
analysing market segments and selecting target markets (menganalisis segmen-segmen pasar dan memilih pasar sasaran)
planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the objectives and goals of the organisation (merencanakan strategi bauran pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan tujuan organisasi.Cravens (1994) berkomentar bahwa dalam langkah kedua, disamping menganalisis segmen pasar dan memilih pasar sasaran, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan positioning strategy (strategi penempatan pasar). Maksudnya, dalam langkah kedua tersebut pihak perusahaan harus menentukan posisi produknya di pasaran; bagaimana produk dan atau merk yang ia ciptakan akan dipersepsikan dan diposisikan oleh para konsumen. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan kita bahas pada diskusi kita berikutnya.
analysing market segments and selecting target markets (menganalisis segmen-segmen pasar dan memilih pasar sasaran)
planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the objectives and goals of the organisation (merencanakan strategi bauran pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan tujuan organisasi.Cravens (1994) berkomentar bahwa dalam langkah kedua, disamping menganalisis segmen pasar dan memilih pasar sasaran, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan positioning strategy (strategi penempatan pasar). Maksudnya, dalam langkah kedua tersebut pihak perusahaan harus menentukan posisi produknya di pasaran; bagaimana produk dan atau merk yang ia ciptakan akan dipersepsikan dan diposisikan oleh para konsumen. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan kita bahas pada diskusi kita berikutnya.
2.4.1
Marketing Mix
Sebelumnya
telah dijelaskan bahwa aktivitas pemasaran merupakan jantung dari sebuah usaha
bisnis. Mengingat pentingnya aktivitas pemasaran ini bagi kelangsungan usaha
suatu usaha bisnis, maka pengusaha harus memiliki perencanaan yang strategis, pengawasan
yang matang serta tindakan-tindakan yang konkrit dan terprogram dalam
mempengaruhi konsumen. Dalam ilmu manajemen pemasaran, hal ini dinamakan dengan
marketing mix atau bauran pemasaran.
Aktivitas
marketing mix meliputi empat macam tindakan, antara lain :
1.
Produk (Product)
Pengusaha mempengaruhi konsumen
lewat produk yang ditawarkan, misalnya membuat produk dengan warna-warni,
bungkus yang bagus dan exclusive dan sebaginya.
Beberapa hal yang perlu dipelajari
tentang stategi ini :
a.
Konsep Produk
Konsep produk merupakan suatu pengertian atau pandangan konsumen
terhadap suatu produk yang dibutuhkan dan diinginkannya. Misalnya sepatu, bagi
konsumen memiliki dua arti. Pertama,
Arti (fungsi) teknis, sepatu adalah sebagi pelindung telapak kaki dari berbagai
barang yang dapat melukai telapak kaki. Fungsi ini biasa disebut dengan “Produk
Pangkal / Generic Produk” Kedua, Arti non teknis (aspek sosial budaya), sepatu
juga dipandang tidak hanya semata-mata pelindung telapak kakinya akan tetapi
juga terhadap harapan agar dengan memakai sepatu itu konsumen akan dapat
menjadi tampak “bergengsi”. Unsur ini dikenal sebagai aspek kebutuhan manusia
atau kebutuhan pangkal atau “Generic Need”
Dalam arti sempit, produk merupakan sekumpulan atribut fisik yang
terakit dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan. Setiap produk pasti memiliki nama generik di samping nama
brand. Misalnya deterjen, sabun mandi, paracetamol atau sepatu.
Sebaliknya, dalam artik yang luas setiap brand ( merk ) dipandang sebagai produk yang
terpisah dari produk lainnya yang semacam. Televisi merk Sony dengan televisi merk Sharp merupakan
produk yang berbeda, meski sama-sama televisinya. Merk ini menjadi alat pembeda
bagi konsumen. Dan justru oleh karena nama merk inilah keinginan konsumen lebih
dipuaskan. Mengapa ? Karena dari sebuah merk tergambar di belakangnya warna,
harga, kemasan, model, bonafiditas pabrik bahkan komunitas konsumen dari merk
tersebut.
Uraian di atas memberi pengertian
bahwa konsumen tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisik dari suatu produk
saja. Mereka membayar sesuatu yang memuaskan keinginan mereka. Perusahaan yang
cerdas tidak hanya memasarkan produk itu sendiri, lebih dari itu, ia menjual
manfaat, citra (brand image), dan faktor-faktor intangible lain.
Jadi, perusahaan menjual produk
sekaligus citra. Orang membeli suatu produk tidak hanya untuk fungsinya, tetapi
juga makna produk itu bagi pribadinya. Barang yang dibeli merupakan cermin
atribut pribadi, citra diri, kelas sosial dan hal-hal lain yang bersifat pribadi.
Seseorang akan memilih sebuah produk yang dapat memperkuat citra pribadinya.
Karena itu, Mc Donald tidak hanya menjual ayam goreng, lebih dari itu, mereka
menjual suasana makan yang nyaman, modern dan relatif bergengsi.
b.
Siklus Kehidupan Produk (Product
life Cycle)
Seperti halnya mahluk hidup, produk juga
mengalami daur hidup. Dilihat dari sudut volume penjualan, mereka juga
mengalami lahir (perkenalan), tumbuh, puncak penjualan (kedewasaan), merosot
sampai akhirnya hilang dari peredaran. Daur hidup ini harus benar-benar menjadi
perhatian, karena berguna untuk menentukan strategi perusahaan secara
kesuluruhan.
Dari ada pemahaman tentang daur
hidup ini, membantu perusahaan untuk menentukan kapan harus dilakukan
inovasi-inovasi baru. Inovasi diperlukan karena setiap produk yang mereka
miliki pada akhirnya tidak akan diminati konsumen lagi karena pangsa pasar dan
volume penjualan terkurangi oleh adanya produk-produk yang dihasilkan para
kompetitor. Jika penjualan terus merosot, otomatis laba akan menurun. Oleh
karena itu, perusahaan harus merubah atau mengganti produknya. Jika tidak, maka
laba, pangsa pasar, volume penjualan akan terus berkurang, hingga akhirnya
perusahaan tersebut tutup.
c.
Jenis-Jenis
Produk
Ada beberapa penggolongan produk :
- Barang Konsumsi
Beberapa barang konsumsi :
-
Barang Konvenien/kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebutuhan
ini berfrekuensi pembelian tinggi tetapi jumlah pembelian yang kecil-kecil.
-
Barang Shoping/perabot rumah tangga
Kebutuhan
ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah pembelian /pengeluar yang cukup
tinggi.
-
Barang Spesial/mewah : Mobil, Video, Tape recorder
Kebutuhan
ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah pembelian atau pengeluran
tinggi.
- Barang Industri
Barang yang dibutuhkan untuk keperluan alat
usaha atau kegiatan produksi. Diantaranya, Bahan baku , bahan pembantu,
peralatan produksi, mesin-mesin pabrik dan peralatan administrai kantor
2.
Harga (Price)
Jika dilihat sejarahnya,
harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui mekanisme tawar menawar di
antara mereka. Penjual menetapkan harga yang tinngi untuk produk mereka,
sedangkan pembeli menawar dengan harga serendah mungkin. Dengan tawar menawar
akhirnya dicapai kesepakatan harga yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Menurut Philip Kotler
bahwa harga untuk semua merupakan gagasan idea. Hal ini memperoleh dorongan
dari berkembangnya penjualan eceran berskala global pada akhir abad 1900-an.
Penentuan
harga yang rendah, discount, harga obral serta cuci gudang. Dengan cara ini
penetapan harga semacam ini akan menarik perhatian konsumen untuk memborong.
Dasar
penentuan harga terdiri dari :
-
Biaya, Harga jual ditambah dengan keuntungan “Cost –Plus Pricing”
-
Konsumen
-
Persaingan, Politik Dumping/harga jual dibawah biaya produksi, Discount,
Kredit/Leasing
3.
Promosi (Promotion).
Kegiatan
promosi untuk memperkenalkan produk sehingga konsumen menjadi kenal kemudian
menyenanginya, bahkan bagi yang lupa diharapkan dapat menjadi ingat kembali.
Alat
untuk mempromosikan produknya ada beberapa cara :
- Advertensi,
iklan di surat
kabar, TV, bioskop, radio dll
- Promosi
Penjualan, Membuka counter di Toko-toko atau Super Mall
- Personal
Selling, Door to door selling, Mail
order, Telepon Selling
-
Publikasi,
Membuat berita di Surat kabar, TV, radio maupun majalah
Keempat bentuk promosi ini harus dikonmbinasikan agar
efektif untuk mempengaruhi konsumen. Kombinasi ini disebut
“Promotional Mix”
4.
Distribusi (Placement)
Cari distribusi yang memenuhi kebutuhan konsumen dapat
juga diterapkan agar menarik para konsumen. Untuk barang kebutuhan sehari-hari
distribusi dibuat sedekat mungkin dengan konsumen.
Bentuk-bentuk saluran
distribusi :
- Saluran
Distribusi Langsung
Saluran distribusi ini
pengusaha berusaha untuk menyalurkan barang-barangnya yang dibeli konsumen
secara langsung ke tempat konsumen tinggal
- Saluran
Distribusi Tidak Langsung
Dalam hal ini pengusaha
menggunakan pihak luar untuk membantu menyalurkan barang-barangnya ke pada
konsumen. Pihak luar ini merupakan penyalur/distributor
Penyaluaran tidak langsung
meliputi 3 cara :
- Saluran
distribusi yang eksklusif, penyaluran menggunakan satu distributor tunggal
- Saluran
distribusi yang selektif, menggunakan distributor sedikit dengan syarat-syarat
tertentu. Lokasi, keuangan, fasilitas telepon, fasilitas parker, kondisi dan
bentuk gudang dll
- Saluran
distribusi yang intensif, menggunakan distributor sebanyak-banyaknya agar dapat
menjangkau lokasi konsumen yang menyebar.
2.4.2
Customer Relationship Management (CRM)
CRM adalah suatu proses dalam
mendapatkan, mempertahankan dan meningkatkan pelanggan yang menguntungkan. CRM
bertujuan untuk menciptakan nilai pelanggan, sehingga pelanggan puas, dan
memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan, memperoleh keunggulan bersaing,
memperhatikan mutu produk agar dapat memberikan kepuasan prima bagi pelanggan.
CRM menciptakan loyalitas melalui:
·
Continuity Marketing
Ini
berguna membangun pemasaran interaktif dan program pasca pemasaran. Pihak
manajemen selalu member pelayanan berkelanjutan kepada para pelanggan, agar
loyalitas pelanggan ini tetap terjaga. Misalnya pihak perusahaan membentuk
memberclub, dilengkapi dengan membership card dan memperoleh diskon khusus bagi
anggota.
·
One to one marketing
Kegiatan
ini lebih bersifat individual, one to one marketing, guna pemenuhan pemenuhan
kebutuhan yang dimiliki oleh pelanggan yang bersifat baik. Untuk itu dilakukan
penyapaan yang sopan santun, penanganan keluhan secara individual, undangan
atau kartu ucapan ualang tahun.
·
Partnering atau co-marketing
Yaitu
hubangan antara pelanggan dengan pemasar. Dalam hal ini ada hubungan kemitraan
antar pelanggan dengan pemasar untuk melayani kebutuhan konsumen akhir. Sebuah
perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain misalnya untuk
kebutuhan kantor dilakukan kerjasama dengan rumah makan, café, biro perjalanan,
bank, pengelola lahan parker, took, dan sebagainya. Kerjasama ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berhubungan dengan perusahaan.
2.4.3 Nilai
Pelanggan
Nilai pelanggan didapat dari
membandingkan manfaat dengan nilai pengorbanan. Manfaat yang diperoleh konsumen
berasal dari:
ü Produk yang
dibeli
ü Layanan yang
diterima
ü Karyawan yang
membarikan layanan dan citra atau nama baik
ü Rasa bangga
terhadap perusahaan
ü Merek, Dll.
Korbanan
adalah berupa pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen yaitu:
·
Moneter berupa nilai uang
yang dibayarkan
·
Waktu yang dikorbankan untuk memperoleh produk tersebut
·
Enerji merupakan rasa capek dalam mendapatkan produk tersebut
·
Psikhis yaitu pengorbanan dalam kejiwaan
·
Kenyamanan
·
Keamanan
·
Waswas, Dll.
2.4.4 Customer
Dependency
Elemen ketrgantungan konsumen
terhadap produsen disebabkan oleh:
o Akses lokasi
karena sangat strategis
o Kemampuan
pegawai mengenal pelanggan
o Inovasi
produk bermutu atau jasa memuaskan
Keterikatan
yang sukarela menandakan adanya rasa puas, tapi bila terpaksa maka perusahaan
menghadapi tantangan untuk menumbuhkan dalam diri pelanggan perasaan yang tulus
terhadap hubungan mereka. Pada bank: keterikatan nasabah dipengaruhi oleh
kedekatan karyawan bank dengan nasabahnya, dan ketersediaan akses. Pada pusat
belanja: para pedagang merasa terikat karena program bauran pemasaran, CRM, dan
nilai pelanggan.
2.5 Turbo
Marketing
Setelah kita melihat orientasi
perusahaan dalam menghadapi saingan melalui evaluasi konsep maka ada
pembaharuan terakhir usaha perusahaan mengatasi saingan melalui strategi turbo
marketing.
Sedari dulu perusahaan mengungguli
saingan melalui:
1)
Perang harga, dengan cara meningkatkan efisiensi, harga murah,
produksi besar-besaran
2)
Perang dessain, produk perusahaan tampil beda dari perusahaan
lain. Orang berlomba dalam membuat desain, style, rasa, bentuk, dan sebagainya
3)
Perang kualitas, produk perusahaan diusahakan makin baik,
berkualitas dengan menerapkan Total Quality Control
4)
Perusahaan menerapkan strategi turbo marketing, dengan berusaha
menekan waktu sehingga perusahaan lebih unggul dalam hal:
v Proses
produksi lebih cepat sehingga konsumen tidak menunggu lama.
Contoh: KA
Ekspres, surat
kilat khusus, produk mobil terbaru tidak perlu inden.
v Pelayanan
lebih cepat sehingga konsumen lebih cepat melihat hasilnya.
Contoh: cetak
foto kilat, fast food, dll.
2.6 Kebijaksanaan
Harga
Kebijaksanaan harga adalah
keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti untuk jangka waktu tertentu.
Kebijaksanaan harga dapat ditentukan oleh beberapa lembaga seperti:
v Produsen
v Grosir
v Retailer
v Pemerintah
Produser dapat membuat kebijaksanaan harga seperti model skimming price,
penetration price.
Grosir dapat melakukan kebijaksanaan harga berdasarkan daerahpembeli,
dengan membebankan ongkos transport atau sebaliknya.
Kebijaksanaan harga oleh retailer, lebih banyak variasinya, yang tujuannya
adalah untuk menarik konsumen.
Kebijaksanaan harga pemerintah sebagai pengawas ekonomi di masyarakat dapat
menetapkan harga berdasarkan ceiling price dan floor price.
Ø Price Discount
Kadang-kadang toko eceran menjual barang lebih murah, ini dimugkinkan
karena adanya discount. Discount ini dapat diberikan berdasarkan jumlah
pembelian, karena musim, ada tujuan tertentu perusahaan dan karena sistem pembayaran.
Ø Promotional
Discount
Ada dua tipe promotional discount, yaitu markdowns dan loss leaders.
Markdown discount berarti discount yang diadakan untuk memberanikan konsumen
membeli barang yang sebenarnya tidak ia perlukan.
Ø A loss leader
Ini berarti usaha untuk menjual barang dibawah harga pokoknya. Agar denagn
demikian merangsang orang untuk membeli barang lain. Pengusaha akan rugi besar
bila konsumen yang datang hanya membeli barang loss leadersaja. Akan tetapi
dalam kenyataan konsumen yang datang, juga membeli barang lain untuk kebutuhan
rumah tangga.
Ø Penetapan harga
barang baru
Price skimming. Dalam hal ini pengusaha menetapkan harga setinggi
mungkin. Hal iini dimungkinkan karena belum ada barang saingan, dal barang
ditujukan untuk golongan kaya. Barang ini harus mempunya keistimewaan, dan
menimbulkan prestise bagi para konsumennya. Setelah barsng laku, kemudian
harganya berangsur diturunkan, dan keuntungan pengusaha makin berlipat ganda
Penetration
pricing. Kabijaksanaan harga ini berlawanan dengan
skimminh price. Barang ini sudah banyak saingan di pasar. Oleh sebab itu untuk
memasuki pasar harganya harus di banting serendah munggkin.
Geographic
pricing. Kebijaksanaan harga terakhir adalah yang
memperhatikan ongkos pengiriman. Setelah terjadi penjualan siapakah yang
menanggung biaya pengiriman, apakah penjual atau pembeli, ini disebut
geographic pricing karena mempertimbangkan lokasinya
2.7 Promotion
atau Komunikasi Bisnis
Promosi adalah elemen ke empat dalam marketing mix. Promosi didefinisikan
sebagai komunikasi yang memberi informasi kepada calon konsumen mengenai suatu
produk, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mendorong
mereka untuk membeli. Ada beberapa elemen promosi yang dikenal sebagai
promotional mix, yaitu:
ü Advertising
Merupakan alat komunikasi yang sangan ampuh, dapat mencapai daerah yang
sangat jauh, dan sulit dimasuki. Advertising dapat masuk ke rumah-rumah
penduduk tidak mengenal waktu siang atau malam.
ü Personal selling
Adalah promosi yang dilakukan oleh orang. Misalnya para penjual di toko,
atau penjual dari rumah ke rumah. Jangkauan operasionalnya sangat terbatas dan
biayanya mahal. Akan tetapi personal selling memiliki keunggulan, yaitu dapat
mengetahui keberatan-keberatan yang diajukan oleh konsumen, mereka dapat
berdialog dengan konsumen.
ü Public relation
Merupakan bagian dari perusahaan yang memberi informasi pada publik tentang
perusahaan dan produk yang dihasilkannya.
ü Sales promotion
Adalah memberi intensif atau hadiah kepada konsumen, agar mereka tertarik
untuk membeli. Sales promotion mengajak mereka agar mau membeli sekarang juga.
III.
Kesimpulan
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam
pemuasan kebutuhan dan keinginan manusia merupakan bagian dari konsep
pemasaran.
Tujuan kegiatan pemasaran adalah
mempengaruhi pembeli agar bersedia membeli harang dan jasa perusahaan pada saat
mereka membutuhkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka setiap perusahaan harus
memahami tentang perilaku konsumen. Setiap manajer pemasaran harus memahami tingkah
laku konsumen sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan produk secara lebih baik.
IV.
Daftar Pustaka
·
Murti Sumarni –
John Soeprihanto, 2005, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan),
Edisi kelima, Yogyakarta, Bab 7
·
http://syukronali.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Fmakalah-pengantar-bisnis-kel.doc&ei=eMK8UL2ZEYfOrQfbu4CAAg&usg=AFQjCNGr1uG6GFVoIYj3BeXpNg45GUjVGg&sig2=C8HmWC7BvBaK_p1rWxtzPQ
Alhamdulillah teori keren banget. sangat membantu tulisan saya yang berjudul teori pemasaran menurut pendapat para ahli ekonomi dalam blog kami tipepedia
ReplyDeleteTerima kasih ... tulisan ini dapat mengingatkan kembali sedikit teori pemasaran.
ReplyDelete